Pengantar Redaksi
Perjalanan Triyatno (25) sebagai lifter, atlet angkat besi, seperti sudah digariskan untuk naik di podium olimpiade. Dia tertarik cabang olahraga tersebut saat berusia 14 tahun dan duduk di SMP 7 Metro Lampung.
Bermula dari ajakan pelatih di sasana angkat besi asuhan Yon Haryono di kampungnya dan ”iming-iming” bisa ke luar negeri jika berprestasi di angkat besi, dia menekuni olahraga itu. Motivasi dari keluarga, termasuk cita-cita ingin memberangkatkan haji orangtua—dan teman-temannya memacu semangatnya.
Kerja kerasnya membuahkan apa yang selama ini diimpikan. Sejumlah medali diraihnya dalam berbagai kejuaraan angkat besi tingkat internasional. Puncaknya, Triyatno menyita perhatian saat meraih medali perak angkat besi di Olimpiade London 2012.
Dear Triyatno, Anda masih muda empat tahun mendatang di olimpiade berikutnya, bisakah Anda mendapatkan medali emas. Kalau bisa, Anda akan kami galang menjadi pahlawan olahraga Indonesia.
(Helder Nadeak, xxxx@yahoo.co.id, Kalimantan Selatan)
Setiap atlet pasti menginginkan untuk memperoleh medali emas di semua event, termasuk di ajang olimpiade. Nah, untuk memperoleh emas di olimpiade, enggak gampang. Namun, saya akan berusaha mewujudkannya. Tentu, harus dapat dukungan dari semua pihak.
Apa yang membuat Anda jatuh cinta pada olahraga angkat besi? Motivasi apa yang membuat Anda bersemangat kembali di saat kalah dalam turnamen?
(Meilianty, Tangerang)
Angkat besi adalah cinta pandangan pertama mungkin, ya Mbak, he-he-he. Dulu niatnya cuma iseng saja sih. Saya datang ke tempat latihan angkat besi, eh, enggak tahunya disuruh ikut latihan dan diiming-imingi kalau bisa jadi juara, saya bisa ke mana saja, nginep di hotel gratis.