Lily Suryani
Lily sempat menjajal Tambora Running yang diadakan pertama kali pada tahun 2015 lalu. Sebelum menyentuh garis finis, Lily mengalami halusinasi dan memutuskan untuk menyerah.
Untuk kali ini, guru aerobik yang gemar mengikuti perlombaan lari tersebut memiliki strateginya sendiri. Dia pun telah mempersiapkan diri dengan menjaga kondisi fisik agar tidak mengulangi kesalahan saat Tambora Running tahun sebelumnya.
"Tahun lalu saya kurang makan, ya. Kali ini, makan sebanyak-banyaknya. Istirahat, bisa lari kencang lagi. Latihan di tempat panas dan sering-sering sauna. Badan kita jadi enggak terlalu rentan nanti," ujar Lily.
Dalam usia 52 tahun, Lily juga menjaga pola makan yang menitikberatkan pada kandungan protein tinggi untuk membantu metabolisme tubuhnya. Dengan persiapan matang, Lily yakin kali ini bisa melalui jarak tempuh sejauh 320 kilometer.
Pramonosidi Wijanarko
Pria berumur 22 tahun ini awalnya mengaku tidak berencana mengikuti Tambora Running Lintas Sumbawa 320 kilometer. Namun, dia tergerak karena dorongan temannya yang ikut Tambora Bike Camp. Akhirnya, dia memutuskan untuk bergabung.
"Sebenarnya target lari saya cuma 100 mil. Ini kalau dihitung-hitung, bisa sampai 200 mil. Jadi melebihi ekspektasi. Namun, saya tetap ada persiapan lari meski bukan lari yang mengutamakan kecepatan, nyantai saja," ucap Pram.
Mahasiswa UIN, Ciputat, Tangerang Selatan itu juga mempersiapkan diri dengan rutin olahraga di pusat kebugaran. Namun, ada satu kekhawatiran Pram soal pencernaan ketika perlombaan sudah berlangsung.
"Saya siapkan endurance selama tiga hari, karena lomba sebelum-sebelumnya, saya selalu kena (masalah) di pencernaan. Karena setiap lari, saya suka lupa makan," ucap dia.
Dengan mengikuti perlombaan ini, Pram ingin membuktikan seberapa mampu dia bisa berlari. Dia juga ingin mengukur kemampuannya dalam ajang lari jarak jauh tersebut.