Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ranomi Kromowidjojo Kunjungi Tanah Moyangnya

Kompas.com - 14/08/2018, 22:55 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis

Menurut Ranomi, ada dua syarat yang dijalaninya untuk meraih prestasi seperti saat ini. Setiap calon atlet atau pemula harus memiliki impian untuk  menjadi yang terbaik. Yang kedua adalah ia harus mencari atau menemukan tim atau individu yang akan membantunya mewujudkan impiannya tersebut.

Poin kedua, Ranomi mewujudkannya dengan mendapatkan pelatih yang mampu memotivasi. "Menjelang Olimpiade Rio 2016, saya mendapatkan cobaan dengan kehilangan dua orang yang paling penting dalam hidup saya saat itu. Pertama pelatih saya yang memutuskan pensiun. Yang kedua, saya putus dengan teman dekat saya. Kehilangan kedua orang ini saat itu benar-benar berpengaruh pada diri saya."

Namun, Ranomi kemudian menemukan  orang yang tepat pada pelatih pengganti. "Pelatih baru ini mengatakan kepada saya bahwa Ranomi sebagai atlet renang hanya bagian kecil dari sosok Ranomi sebagai manusia. Dia juga mengajarkan kepada saya cara mengontrol diri dalam bereaksi kepada segala hal, bukan hanya dalam renang. Ini yang ternyata saya butuhkan. Dengan kontrol diri yang baik saya bisa tahu bagaimna bersikap terhadap kondisi kekalahan, krisis, maupun cedera."

Dengan penguasaan diri ini pula, Ranomi tidak harus  hancur berkeping saat ia gagal total mendapatkan medali pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu. Pada kejuaraan Eropa 2017 di Kopenhagen, Denmark, Ranomi masih mampu menjadi juara di nomor 50  meter gaya kupu-kupu dan 100 meter gaya bebas. Ia hanya kalah 0.01 detik di belakang juara asal Swedia, Sarah Sjostrom.

"Lebih dari itu, saya menemukan tujuan hidup dan semua yang saya lakukan adalah menolong orang banyak," kata Ranomi. Karena itulah, ia menerima tawaran kepadanya untuk berbagi pengalamannya untuk menginspirasi anak muda seluruh dunia. Bahkan, bila saat nanti kariernya berakhir usai Olimpiade 2020, Ranomi sudah tahu apa yang akan dilakukannya. "Saya tidak ingin sekolah lagi, tetapi tidak juga ingin menjadi pelatih renang. Saya akan  fokus pada kegiatan  menolong banyak orang, termasuk di Indonesia nantinya."

Di jakarta, Ranomi bercerita lagi soal sulitnya menyandang nama berbau Jawa di lingkungan masyarakat Belanda, bahkan ketika nama Kromowidjojo sudah tercatat sebagai seorang dengan prestasi dunia. "Sejak kecil, di sekolah atau di tempat lainnya, orang selalu kesulitan untuk membaca K-Romo-Wi-djo-jo. Bahkan pada beberapa lomba, ketika akan pengumuman pemenang masih ada juga yang bertanya kepada saya, bagaimana cara membaca nama ini?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com