Pada 1995, Bird didiagnosis menderita fibrilasi atrium yakni gangguan irama atau detak jantung. Hal ini membuat ruang atau bilik atas jantungnya tidak berdetak sebagaimana mestinya.
Akibatnya, darah tidak akan terpompa sepenuhnya dan pada akhirnya bisa menyebabkan pengumpulan atau penggumpalan darah.
Kondisi ini bisa memicu terjadinya stroke, yang berakhir dengan kelumpuhan atau kematian.
Dengan pengobatan yang tepat, latihan, dan diet, gejala ini bisa dikontrol. Namun, Bird tidak suka dengan obat-obatan dan menolak meminum pil.
"Saya selalu berkata kepada istri saya, 'Kamu tidak melihat orang setinggi dua meter masih hidup saat berusia 75 tahun'. Dia benci setiap kali saya berkata seperti itu," kata Bird dalam wawancara dengan ESPN Magazine.
Moses Malone (60 tahun), Darryl Dawkins (58), Anthony Mason (48), Christian Welp (51), dan Jack Haley (51) merupakan para pebasket Amerika dengan tinggi di atas dua meter yang meninggal tahun lalu.
"Saya lihat sedikit sekali orang setinggi saya bisa hidup lama. Sebagaian besar orang seukuram kami sepertinya tidak akan hidup lama. Saya tidak terbangun tengah malam dan memikirkan itu. Jika itu terjadi, terjadilah," kata Bird menambahkan.
Dari keluarga "broken home"
Bagi Bird, basket merupakan salah satu cara untuk menghindar dari keluarganya yang bermasalah. Orangtuanya, Claude Joseph Bird dan Georgia, bercerai ketika dia masih SMA. Setahun kemudian, ayahnya bunuh diri.
Bird pernah mengatakan bahwa lahir dari keluarga miskin memotivasinya untuk menjadi orang yang lebih baik, hingga sekarang.
Masalah keluarga tidak menghalanginya untuk berprestasi. Saat membela Springs High School, dia mencatat rekor rata-rata 31 poin, 21 rebound, dan 4 assist dalam satu pertandingan. Rekor tersebut masih bertahan hingga sekarang.
Prestasinya ketika SMA menarik para pencari bakat di universitas. Dia lalu mendapat beasiswa dari Indiana University. Namun, Bird merasa tidak nyaman di sana dan memutuskan keluar, tak sampai sebulan setelah dia datang.
Setahun kemudian, dia masuk ke universitas yang jauh lebih kecil, Indiana State University. Meski tidak bisa membawa kampusnya menjadi jawara, di sanalah kemampuannya terasah hingga akhirnya menembus NBA dan menjadi bintang sepanjang masa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.