Ini yang bisa diisi oleh para sponsor itu, tetapi dengan jumlah besar.
Dalam kasus Rio, mungkin ada beberapa sponsor yang ingin menyuntikkan dana dan berharap bisa "menjual" logo perusahaan di sayap belakang atau bagian moncong MRT05. Padahal, biaya di dua tempat itu tidaklah cukup ditebus dengan biaya 2 juta euro.
"Otomatis, jika kekurangan tersebut dibagi tiga branding, nilainya akan sangat besar. Oleh karena itu, beberapa perusahaan memilih mundur," ucap Indah.
Hal tersebut membuat Rio kesulitan mendapatkan sponsor. Padahal, menurut Indah, nilai 2 juta euro itu bisa dikategorikan murah.
"Sebenarnya, semua masih bisa dinegosiasikan. Jadi, kami tetap dan masih berusaha semaksimal mungkin dengan menghubungi beberapa perusahaan yang berpeluang menjadi sponsor," tutur ibu empat anak tersebut.
Jumlah nilai sponsor itu memang bisa dinegosiasikan. Selain lantaran prestasi dan popularitas, nilai kontrak itu juga bisa dipengaruhi oleh kedekatan tim atau pebalap dengan pihak sponsor, seperti Rio dengan Pertamina atau Mercedes dengan Petronas.
Menurut Indah, beberapa sponsor ingin mendukung. Namun, ketika mengetahui nominal jumlah dana yang diperlukan, mereka merasa takut.
"Logo sponsor tidak hanya masuk ke situs resmi, mobil, dan pakaian tim. Dengan tampilnya Rio pada semua seri F1, angka 2 juta euro itu sudah setimpal dengan tawaran yang diberikan," ucap Indah.
Terima kasih banyak kepada para fans dari Indonesia! Dukung terus @RHaryantoracing berjuang demi Merah Putih di @F1! ????????
— Manor Racing (@ManorRacing) March 1, 2016
Bagaimana dengan kemungkinan sponsor pribadi? Hal ini memang memungkinkan, tetapi jumlahnya tentu tidak besar. Terlebih lagi, sponsor pribadi tidak bisa menempelkan logo produk di mobil.
"Memang ada tim yang memberlakukan sponsor pribadi buat pebalap, tetapi itu hanya boleh dipasang di helm atau baju balap," kata Arief Kurniawan, Pemimpin Redaksi Bola yang juga pengamat dunia balap.
Arief juga menjelaskan bahwa sponsor tidak perlu khawatir dalam mendukung Manor, sekalipun selama keikutsertaan di F1 tim tersebut baru mengumpulkan 2 poin.
"Dulu pernah ada produk yang mau mensponsori tim guram hanya karena sering disorot televisi ketika 'susul-susulan' dengan tim papan atas sebelum akhirnya di-overlap," ujar dia.
"Menurut saya, itu kejelian produk melihat celah pemasaran. Intinya, semua kembali ke strategi perusahaan terkait dengan brand awareness," ucapnya lagi.
Formula 1 memang olahraga yang mahal.