Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kami Penjaga Alam Danau Batur...

Kompas.com - 15/09/2012, 03:12 WIB

Oleh  Ayu Sulistyowati

Keindahan alam Gunung Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, dengan danau yang mengelilinginya benar-benar mengingatkan Tuhan itu Maha Besar. Nelayan mendayung sampan diselingi burung-burung yang beterbangan di pohon sekitar danau, sungguh serasi dan memesona.

Senja hari Rabu (5/9), rangkaian kotak-kotak keramba apung yang diam di perairan dan warga setempat yang rajin merawat tanaman bawang dan cabai melengkapi ketenangan alam Danau Batur. Menjelang petang, dingin mulai menyengat kulit. Lampu-lampu penerangan sepanjang jalan Desa Buahan mulai menyala.

Aktivitas bercocok tanam dan sampan nelayan pun mulai berangsur sepi. Namun, beberapa perempuan bersiap dengan wadah anyaman bambu berisi panenan bawang merah. Mereka hendak berangkat menjualnya ke pasar yang tak jauh dari desanya.

”Ini hasil panenan kami. Malam ini kami jual ke pasar dengan harga Rp 7.000 per kilogram,” kata Made Ayu (38), salah seorang warga Desa Buahan.

Dinginnya malam itu tidak menghalangi ibu-ibu ke pasar. Mereka pun ramah dan bersuka ria. Dini hari, mereka pun bekerja keras merawat tanaman dan kembali memberi pakan ikan-ikan nila di danau. Perikanan dan pertanian berjalan seiring menabur kesejahteraan bagi masyarakat sekitar Kaldera Batur.

Seperti masyarakat Desa Buahan, sekitar 80 persen dari 500 kepala keluarga sekitar danau mengandalkan hasil perikanan, baik tradisional dengan menebar jaringnya maupun nelayan modern yang menggunakan teknik budidaya keramba. Budidaya keramba ini berkembang sekitar tiga tahun belakangan yang dipelopori Perbekel (setara kepala desa) Desa Buahan I Made Antara.

Antara berprinsip, dirinya harus berbuat sesuatu apalagi menjadi tokoh panutan di desanya tak mudah. Bermodalkan Rp 33 juta pinjaman salah satu bank, ia mengawali membangun 22 keramba apung pada tahun 2010. Hasilnya, lulusan Akademi Perikanan Yogyakarta itu mampu menghasilkan sekitar Rp 5 juta per bulan dan melunasi utangnya dalam satu tahun kemudian. Kini ia memiliki 64 keramba apung.

Nila segar

Kini, puluhan keramba menjadi tumpuan warga. Ribuan ton nila segar memasok sejumlah restoran, pemancingan, serta pasar modern dan tradisional tak hanya di Bangli, tetapi hingga di Denpasar dan Badung. Setiap bulan, rata-rata warga pemilik keramba ini memiliki penghasilan lebih dari Rp 3 juta. Harga nila sekitar Rp 17.000 per kilogram dan pangsa pasarnya begitu menggiurkan di perkotaan, selain Bangli sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com