Kondisi tangan kanannya yang demikian berlangsung sejak lahir. Saat dia dilahirkan, sang ibu harus dibantu vakum. Dalam proses itu, ada syaraf tangan kanannya yang terjepit. Tangan kanannya dapat melambungkan bola dengan kekuatan hanya 20 persen dari tangan kirinya.
Meski kerap menjuarai turnamen tingkat yunior, David tidak mulus mengalami masa transisi ke tingkat senior. Bersamaan dengan pendidikannya di perguruan tinggi, David mengikuti turnamen tingkat senior, tetapi sering kalah. Rasa minder muncul kembali. Lagi-lagi orangtua dan pelatih membuat dia bangkit.
Saat mengikuti kejuaraan nasional tahun 2000, David berhasil menyabet gelar juara nasional di kelas tunggal. Dia pun dimasukkan ke tim nasional. Dia meraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional untuk nomor ganda. Dia kemudian diikutkan dalam pertandingan di luar negeri.
Debut David terjadi pada SEA Games 2001 di Kuala Lumpur. Saat itu, dia memperoleh perunggu karena penampilannya tak maksimal. Lagi-lagi penyakit minder mendera.
Baru pada tahun 2005 David kembali mengikuti SEA Games dan meraih medali perak di nomor ganda putra. Atas prestasi itu, dia diangkat sebagai pegawai honorer di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi DKI Jakarta. Tahun lalu, David resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Meski kondisi tangan kanannya memiliki keterbatasan, David bermain dalam turnamen nondifabel. Setelah tampil untuk terakhir kalinya pada SEA Games 2009, dia mulai berpikir untuk beralih ke para games atas anjuran seorang teman. David kemudian mendaftarkan diri ke National Paralympic Committee (NPC) Indonesia. Tahun 2010, dia dicoba dengan mengikuti Asian Para Games di Guangzhou, China, dan pulang membawa medali perunggu.
Walau cuma menempati peringkat ketiga, permainan David cukup membuat kagum lawan-lawannya yang kebanyakan lebih dahulu terjun di berbagai turnamen profesional internasional. Mereka menilai, dengan kemampuannya, David dianggap layak untuk bersaing pada ajang lebih tinggi, yakni Paralympic.
Namun, untuk sampai ke sana, ada syarat lain yang harus dipenuhi David. Dia harus punya poin yang mencapai standar untuk lolos kualifikasi. ”Dari atlet Malaysia, saya tahu, supaya bisa dapat poin, saya harus mengikuti turnamen tenis meja profesional,” ujarnya.
Meski jalannya sudah terbuka, ternyata bukan perkara sepele untuk bisa ikut turnamen profesional. Masalah ketersediaan dana jadi kendala. Namun, David pantang menyerah. Dia pun berupaya mencari sponsor.