Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Bermain Peselancar Dunia

Kompas.com - 10/04/2010, 03:27 WIB

Lokasi berselancar di Kepulauan Mentawai, yang kini dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, baru ”ditemukan” pada 1990-an. Sejumlah peselancar terbaik nasional dan dunia seperti Rizal Tanjung dan sejumlah surfer juara dunia seperti Kelly Slater dan Andy Irons, imbuh Andy, kerap bertandang ke Kepulauan Mentawai dan menjadi lawan tanding bagi peselancar lokal.

”Sebelum tahun 1990 tidak ada orang main surfing di sini,” kata Andy.

Andy yang kini berusia 23 tahun dan mulai berselancar sejak usia 12 tahun itu mengingat awal mulanya ia belajar berselancar dari papan milik pamannya yang juga mendapatkan papan itu dari seorang turis. ”Waktu itu turis tersebut yang juga berprofesi sebagai dokter mengatakan Mentawai akan segera menjadi tujuan berselancar. Saya belajar dari papan pinjaman itu,” kata Andy.

Beragam gelar juara sudah dikolesi Andy, bersama sejumlah peselancar dari Kabupaten Kepulauan Mentawai lainnya. Namun, keinginan untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional dan lokal terpaksa disimpan karena ketiadaan biaya.

Bahkan, kesempatan berlatih yang idealnya dilakukan sekali dalam sepekan pun harus diurungkan. Pasalnya, biaya menuju tempat latihan dari Desa Muara Siberut setidaknya butuh ongkos hingga Rp 700.000 untuk membeli bahan bakar guna mengoperasikan kapal bermesin 40 PK.

Jika sudah demikian, Andy dan kawan-kawan terpaksa harus menunggu berbulan-bulan untuk menumpang dengan wisatawan yang hendak mengunjungi pulau-pulau untuk berlatih.

Malgorzata Drewa, salah seorang pengunjung asal Polandia, yang menikmati aktivitas snorkeling di Pulau Nyang-Nyang mengatakan, atmosfer pulau-pulau itu membuat dia merasa sangat nyaman dan santai. ”Kepulauan Mentawai sekarang menjadi tujuan favorit saya di Indonesia, bukan hanya karena keindahan pulaunya, tetapi juga karena atmosfer kehidupannya yang asyik,” kata Malgorzata.

Tetapi, itu tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan berlatih bagi para peselancar. Dedi, seorang pembina olahraga selancar, mengatakan, ia bahkan kerap harus meminta sumbangan dari warga untuk menutupi biaya mengikuti kejuaraan.

”Memang kasihan anak-anak itu, mereka (peselancar) bagus, tetapi tak ada yang memerhatikan,” kata Junaidi, pemilik rumah makan dan kios telekomunikasi di Desa Muara Siberut.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumbar Burhasman mengatakan, perhatian pada olahraga selancar memang belum bisa diberikan pemerintah. ”Karena surfing, seperti yang ada di Mentawai itu, kan (olahraga) minat khusus,” katanya.

Kepala Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai Tarminta menyebutkan, pengembangan industri wisata dan olahraga selancar di Mentawai masih terbentur beragam persoalan yang kompleks. ”Kita harapkan para pelaku industri wisata ini berusaha dengan persaingan yang sehat, dan inilah yang sampai sekarang belum bisa dicapai komitmennya,” kata Tarminta.

Dia menambahkan, sejumlah regulasi lokal seperti Perda Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 16 Tahun 2002 tentang perlindungan atas pengelolaan kawasan wisata belum sepenuhnya bisa dijalankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com