Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertarungan Puncak antara Bouchard dan Kvitova

Kompas.com - 05/07/2014, 15:58 WIB
LONDON, KOMPAS.com - Yang satu ingin mengulang perstasi tiga tahun lalu ketika dia meraih gelar Grand Slam untuk kali pertama, sementara yang lainnya masih mencari gelar pertamanya. Itulah Petra Kvitova (unggulan 6) dan Eugenie Bouchard (13) yang akan saling berhadapan pada final Wimbledon di London, Sabtu (5/7/2014).

Sebelum laga final yang akan berlangsung mulai pukul 20.00 WIB tersebut, berikut 10 fakta seputar Kvitova dan Bouchard.

1. Kvitova mengalahkan Bouchard pada satu-satunya pertemuan mereka sebelumnya.
Pertemuan tersebut terjadi pada babak kedua Toronto 2013 yang dimenangi Kvitova dengan 6-3, 6-2. Pertandingan tersebut berlangsung ketat selama 2 jam 26 menit.

2. Bouchard akan masuk 10 besar dunia untuk kali pertama, setelah Wimbledon.
Bouchard akan naik dari peringkat 13 ke 7 jika kalah pada laga final, dan menjadi nomor 6 jika menang. Dia akan jadi petenis Kanada dengan ranking tertinggi, melewati Carling Bassett-Seguso yang pernah jadi nomor delapan dunia.

3. Kvitova akan naik dari peringkat 6 ke 4, apapun hasil di final.

4. Final ini membawa perubahan besar pada daftar peringkat di klasemen Road to Singapore (WTA Finals 2014).
Bouchard sekarang berada di peringkat 8 dan akan naik ke posisi 4 jika kalah, atau 3 jika menang. Kvitova kini di peringkat 16 dan akan masuk delapan besar jika menang.

5. Bouchard adalah petenis Kanada pertama, putra maupun putri, yang pernah lolos ke final turnamen Grand Slam di nomor tunggal.

6. Kvitova nyaris tersingkir pada pekan pertama Wimbledon 2014.
Kvitova hanya dua poin dari kekalahan pada babak ketiga ketika melakukan servis dalam posisi tertinggal 5-7, 4-5 (30-30), melawan Venus Williams. Kvitova akhirnya memenangi pertandingan dengan 5-7, 7-6(2), 7-5. Setelah Maria Sharapova kalah di babak ketiga, Kvitova merupakan satu-satunya juara bertahan yang masih tersisa di tunggal putri.

7. Ini adalah final Grand Slam pertama yang mempertemukan dua petenis kelahiran 1990-an.
Hanya lima kali terjadi di mana final Grand Slam diikuti pemain kelahiran 1990-an, yaitu Caroline Wozniacki (AS Terbuka 2009), Kvitova (Wimbledon 2011), Simona Halep (Roland Garros 2014), serta Kvitova dan Bouchard (Wimbledon 2014).

8. Bouchard adalah petenis paling cepat dalam transisi yunior ke senior di Grand Slam sejak 1980-an.
Bouchard juara Wimbledon yunior pada 2012. Pemain terakhir yang menjuarai Grand Slam yunior lalu lolos ke final Grand Slam dalam dua tahun atau kurang adalah Natasha Zvereva. Dia meraih gelar Grand Slam yunior pada AS Terbuka 1987 dan tak sampai setahun kemudian dia lolos ke final Roland Garros 1988. Dia kalah dari Steffi Graf dengan 0-6, 0-6 dalam 32 menit.

9. Ada enam pemain unggulan keenam yang pernah menjuarai Grand Slam di Open Era.
Nomor enam bisa jadi angka keberuntungan. Enam pemain yang turun sebagai unggulan keenam dan akhirnya menjadi juara Grand Salam pada Open Era adalah Virgnia Wade (AS Terbua1968), Steffi Graf (Roland Garros 1999), Mary Pierce (Roland Garros 2000), Anastasia Myskina (Roland Garros 2004), Li Na (Roland Garros 2011), dan Serena Williams (Wimbledon 2012).

10. Hanya ada satu petenis unggulan ke-13 yang pernah menjadi juara Grand Slam.
Satu-satunya unggulan ke-13 yang menjuarai Grand Slam pada Open Era adalah Maria Sharapova pada Wimbledon 2004. Fakta ini bisa jadi inspirasi bagi Bouchard. "Ketika dia juara Wimbledon, saya menontonnya di televisi, dan menurut saya, 'wow... apa yang dia lakukan sungguh keren. Saya ingin melakukannya juga'," cerita Bouchard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Internasional
Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Timnas Indonesia
Guinea Masuk Grup 'Neraka' Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Guinea Masuk Grup "Neraka" Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap 'Sulit' Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap "Sulit" Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Internasional
Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Liga Indonesia
Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Internasional
Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Liga Indonesia
Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Liga Lain
Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Erick Thohir Bidik Indonesia Tampil di Olimpiade Los Angeles 2028

Erick Thohir Bidik Indonesia Tampil di Olimpiade Los Angeles 2028

Timnas Indonesia
Jangan Pernah Menangis, Coach Shin Tae-yong

Jangan Pernah Menangis, Coach Shin Tae-yong

Liga Indonesia
Jadwal MotoGP Perancis 2024, Tekad Sang Juara Dunia Taklukan Le Mans

Jadwal MotoGP Perancis 2024, Tekad Sang Juara Dunia Taklukan Le Mans

Motogp
Erick Thohir Apresiasi Perjuangan Indonesia, Skuad Garuda Punya Generasi Emas

Erick Thohir Apresiasi Perjuangan Indonesia, Skuad Garuda Punya Generasi Emas

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com