Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekad Mulia Nadllima Layla, Karateka Muda dan Berprestasi

Kompas.com - 10/09/2018, 15:39 WIB
Erwin Hutapea,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Adapun ayahnya yang bernama Muhammad Sobari, seperti disebutkan tadi, memiliki pekerjaan yang berganti-ganti tergantung kesempatan yang ada.

Kadang kala menjadi kuli bangunan atau juru parkir. Saat perayaan Idul Adha lalu, ayahnya bekerja membantu orang lain menjaga kambing kurban yang akan dijual.

Uang yang didapat dari pekerjaan itu digunakan untuk membayar rumah kontrakan yang mereka tempati di Kelurahan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, tidak jauh dari sekolah Nadllima.

"Ayah kerja bantuin jadi kuli, jaga parkir, atau yang lain. Kemarin pas Idul Adha bantuin jaga kambing untuk dijual. Alhamdulillah dapat duit terus bayar kontrakan," ujarnya.

Sementara itu, ibunya yang bernama Hanining dulu pernah bekerja di perusahaan tekstil di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung.

Namun, sekarang dia berhenti kerja dan sehari-hari menjadi ibu  rumah tangga sekaligus mendampingi Nadllima untuk berlatih karate dan mengikuti kejuaraan di berbagai tempat.

"Udah dua tahun ini berhenti kerja, terakhir 2016. Sekarang sibuk nganter dia (Nadllima) karena padat latihan dan pertandingannya. Kadang latihan di Jatinegara, pernah juga di Senayan. Kalau yang jauh-jauh enggak ada yang nganterin," cerita Hanining saat ditemui di rumahnya yang berukuran sekitar 4 meter x 2 meter.

Dia mengaku dulu juga berlatih taekwondo hingga sabuk merah, tetapi tidak mengikuti kejuaraan, apalagi sampai berprestasi.

Bela diri itu disukai Hanining karena mempunyai banyak teman laki-laki sewaktu bersekolah di salah satu sekolah menengah kejuruan di Jakarta Pusat, saat itu disebut STM Budi Utomo.

Baca juga: Ceyco Gregoria, Atlet Karate Indonesia yang seperti Model 

Itulah salah satu penyebab dia ingin anak perempuannya memiliki ilmu bela diri supaya jadi anak yang berani dan membanggakan keluarga.

"Saya dulu ikut taekwondo sabuk merah, senang berantem,  tetapi enggak mikirin prestasi. Sekolah dari STM Budi Utomo, banyak teman cowok, jadinya beranilah. Sekarang punya anak cewek harus berani juga, tetapi badungnya jangan," kisahnya sambil mengenang masa muda.

Kembali soal Nadllima, Hanining berharap melalui prestasi anaknya di olahraga karate itu bisa membantu perekonomian keluarga.

Selain itu, jika nantinya tidak lagi menjadi atlet karate, Nadllima bisa melanjutkan sekolah hingga kuliah, lalu mendapat pekerjaan dan penghasilan yang bagus.

Sebab, seperti kata pelatihnya, usia produktif atlet ada masanya. Setelah pensiun sebagai atlet karate, dia bisa menjadi pelatih atau membuat usaha baru.

"Saya yakin dia bisa membantu ekonomi keluarga. Pelatih bilang jangan hanya mengandalkan karate, tetapi harus balance. Kalau umur 20 tahun ke atas harus kerja juga," tutur Hanining.

Sang ibu pun mengharapkan pihak pemerintah memberi perhatian lebih besar kepada Nadllima dan atlet berprestasi lain, apalagi yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Perhatian itu misalnya berupa kemudahan dalam proses mengurus dokumentasi mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, provinsi, hingga tingkat pusat.

"Buat ngikutin kejuaraan itu ngurus surat-surat legalisir ke kelurahan, kecamatan, sudin. Sempat repot juga mengurusnya. Mudah-mudahan supaya lebih gampang dan dapat perhatian pemerintah," demikian harapannya.

Menang di berbagai kejuaraan

Meskipun perjuangan hidupnya cukup berat, bahkan untuk makan, Nadllima mampu meraih prestasi yang tidak boleh dianggap enteng. Sejumlah kejuaraan karate, mulai dari tingkat kecamatan, provinsi, sampai nasional sudah dimenanginya.

Dia memperoleh peringkat ketiga dalam nomor Kata Beregu Pemula Putri saat Kejuaraan Nasional Institut Karate-Do Indonesia (Inkai) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Juli 2018. Ajang itu bisa dia ikuti karena dibiayai oleh panitia penyelenggara.

Selain itu, dia mengaku pernah mendapat gelar juara di berbagai kejuaraan, baik yang diadakan oleh suatu perguruan karate, pemerintah, maupun swasta.

Saat Kompas.com berkesempatan datang ke rumah Nadllima, dia menunjukkan setumpuk piagam penghargaan yang sudah diperolehnya. Terhitung ada sekitar 25 piagam yang dia dapat dari berbagai kejuaraan, baik level daerah maupun nasional.

"Yang lain banyak, tetapi lupa. Ada juara dua dan tiga. Ikut kejuaraan itu ada diseleksi dan kadang enggak," tutur Nadllima.

Baca juga: Mengenal Senpai Fatihul, Pelatih Karate Termuda di Jatim yang Masih Kelas IV SD

Hadiah yang diperoleh dari kemenangan itu pun beragam. Ada yang berupa medali dan piagam, ada pula yang berupa uang.

"Kalau yang bukan resmi itu kadang enggak dapat duit, malah kita bayar. Kalau Porkot (Pekan Olahraga Kota) yang juara satu dapatnya Rp 1,5 juta, aku juara dua dapat Rp 1 jutaan," ucap Nadllima.

Yang teranyar, dia menjadi juara alias pemenang pertama pada kejuaraan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Kecamatan Koja hingga tingkat Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian, dia akan maju mewakili Provinsi DKI ke kejuaraan O2SN di level nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com