Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Piala Thomas, Tak Ada Istilah "Serumpun"

Kompas.com - 24/05/2018, 15:38 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis


JAKARTA, Kompas.com - Hingga dekade 1980-an, istilah "serumpun" kerap digunakan menggambarkan kedekatan hubungan Indonesia dan Malaysia, namun istilah ini tidak berlaku di ajang Piala Thomas.

Sejak bertemu pertamakali pada perebutan Piala Thomas di Singapura pada 1958, persaingan Indonesia dan Malaysia secara berangsur berubah menjadi bebuyutan. Malaysia atau Malaya saat itu mau tidak mau memang merasa terganggu dengan "ancaman dari selatan," Indonesia.

Bagaimana tidak kesal. Malaya adalah juara bertahan Piala Thomas dan tak terkalahkan sejak Piala Thomas pertamakali diperebutkan pada 1949. Mereka melibas kekuatan-kekuatan benua lain seperti Denmark (1949 dan 1955) dan Amerika Serikat (1952).  Malaya diperkuat pemain-pemain juara All England pada dekade 1950-an, seperti Wong Peng Soon, Eddy Choong dan Ooi Teick Hock.  Kombinasi mereka saja sulit dihadapi jago-jago Amerika dan Eropa.

Namun semua seperti sirna pada perebutan 1958. Adalah  "ancaman dari Selatan" yang menjungkirbalikkan kekuatan lama bulu tangkis.  Para pemain Indonesia dipimpin oleh Tan Joe Hok yang antara lain diperkuat Ferry Sonneville, Njoo Kim Bie, Tan King Gwan, Eddy Jusuf, Olich Solihin, Lie Po Djian mampu mengalahkan kekuatan lama Malaya yang diperkuat Eddy Choong, Lim Say Hup, Johnny Heah.
 
Tan Joe Hok, satu-satunya anggota skuad 1958 yang masih  hidup mengenang perjuangan 1958 seperti "mission impossible." "Kami mempersiapkan tim dengan berlatih secara mandiri. Para pemain bahkan datang ke tempat latihan  dengan menggunakan becak yang saat itu merupakan transportasi umum yang lazim di ibu kota. Namun dukungan masyarakat luar biasa. Lewat dompet donasi yang dibuka sebuah media massa, terkumpul dana untuk mendatangkan tunggal putera utama lainnya, Ferry Sonneville yang tengah bersekolah di Belanda.

Joe Hok juga menyebut bahwa perhatian baik dari pemerintah atau pun masyarakat pecinta bulu tangkis membuat para pemain berusaha maksimal. Tidak diunggulkan saat di final menghadapi Malaya, pada 14-15 Juni 1958, Indonesia justru mempermalukan sang juara bertahan. Mereka unggul 3-1 di malam pertama dan menang 6-3 di malam kedua, Asal tahun, saat itu Piala Thomas masih menggunakan format 9 partai (5 tiunggal dan 4 ganda) dan dipertandingkan dua hari.

Begitu malunya, sampai pada farewell party, ketua asosiasi bulu tangkis Malaysia (BAM) Heah Joo Seang, mengecam para pemain Piala Thomas Malaysia di depan para tamu. Kapten tim Malaya, Eddy Choong, sampai menangis mendengar kecaman yang dialamatkan buat dirinya dan timnya.

Sejak 1958 itulah, Indonesia dan Malaya seperti menempatkan Piala Thomas sebagai ajang  peperangan akhir yang menentukan. Apalagi dekade 1960-an ditandai dengan konfrontasi kedua negara yang ditandai dengan persaingan antara pemimpin kedua negara, Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman Putera.

Ketika konfrontasi usai pada 1967, persaingan di lapangan tidak otomatis tuntas. Pada perebutan Piala Thomas pada 1967, semangat "Anti Nekolim dan Ganjang Mayasia" masih  terasa di Istora Senayan. Indonesia sebagai juara bertahan bertemu dengan Malaysia di final Piala Thomas yang berlangsung 9-10 Juni di istora Senayan.   Popularitas bulu tangkis, Piala Thomas dan terlebih aroma persaingan dengan Malaysia membuat para penonton memadati istora pada dua hari tersebut.

Tim Piala Thomas 1967 bersama penyiar TVRI Sambas Tim Piala Thomas 1967 bersama penyiar TVRI Sambas

Namun tim Indonesia samasekali tak diunggulkan pada saat itu. Masih mengandalkan pemain tua seperti Ferry Sonneville, tim Indonesia tampil underdog menghadapi Malaysia yang  saat itu diperkuat juara All Engfland, Tan Aik Huang dan ganda Ng Boon Bee/tan Yee Khan. Bhkan Pejabat Presiden Soeharto yang baru menggantikan Presiden Soekarno memutsukan tdiak hadir  karena diberitahu tentang peluang Indoensia untuk menang lebih kecil.

Seperti akhirnya diketahui, final Piala Thomas 1967n meninggalkan coreng dalam sejarah bulu trangkis yang dikenal sebagai "peristiwa Scheele."  Penonton dianggap mengganggu pemain Malaysia dan memberi dukungan berlebihan kepada para pemain Indonesia saat tertinggal 3-4 di malam kedua.  Saat itu pasangan Agus Susanto/Muljadi harus menghadapi juara All England, Ng Boon Bee/tan Yee Khan. Jika mereka kalah, Piala Thomas harus terbang ke Malaysia dan direbut di tanah Indonesia.

Tak kuat menghadapi kenyataan ini, para penonton mulai bertindak anarkis. Mereka menyoraki setiapkali pemain Malaysia melakukan servis. Gim pertama, pasangan Indonesia kalah mudah 2-15 dan kemudian teringgal 2-10.  Di saat itulah, para pemain Malaysia tiba-tiba kehilangan konsentrasi, dikejar hingga 13-13 dan kemudian menyerah 13-18.

Namun tindakan penonton tak dapat dibenarkan oleh Wasit kehormatan Federasi Bulu Tangksi INternasional (IBF) asal Inggris, Herbert Scheele. Ia meminta  panitia dan bahkan pengurus PBSI untuk meredakan penonton. Ketika diabaikan, Scheele meminta pertandingan dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya tanpa penonton. Pihak Indonesia menolak, Piala Thomas pun melayang ke Kuala Lumpur.

Indonesia memang jauh lebih sukses daripada Malaysia di ajang Piala Thomas. Sama-sama telah 27 kali berpartisipasi, Indonesia tercatat 13 kali menjadi juara dan 6 kali runner up.  Indonesia menjadi juara pada 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000 dan 2002. Enam  diantaranya dengan mengaalhkan malaysia di final. Sementara Indonesia gagal 6 kali di final, dengan  dua kalinya melawan Malaysia (1967 dan 1992).

Malaysia sendiri juga sudah 27 kali ikut putaran final, dengan 5 kali menjadi juara (1949, 1952, 1955, 1967, 1992) dan 9 kali menjadi finalis.

Indonesia telah menjadi tuan rumah Piala Thomas sebanyak 8 kali dengan Malaysia (dan Malaya) menjadi tuan rumah juga delapan kali. Setiapkali melakukan  pertandingan tandang, selalu ada  keluhan dari tim tamu. Malaysia mengalaminya di Jakarta, pemain Indonesia pun merasakan atmosfir pemusuhan setiapakli bertanding di Malaysia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

VAR di Championship Series, Aspek Fisik Jadi Sorotan Persib

Liga Indonesia
Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

Ubah Cara Pikir Persib Lawan Bali United, Upaya Akhiri Tren Negatif

Liga Indonesia
Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

Jadwal Indonesia di Piala Asia U17 Putri 2024, Lawan Filipina Malam Ini

Timnas Indonesia
Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

Piala Asia U17 Putri, Garuda Pertiwi Bertekad Terbang Tinggi

Timnas Indonesia
Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

Championship Series Bali United Vs Persib, Laga Tak Mudah Kedua Tim

Liga Indonesia
4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

4 Laga Final Persib di Championship Series, Fisik dan Finishing Diasah

Liga Indonesia
Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

Sikap Stefano Pioli Usai Ultras AC Milan Lakukan Protes Aksi Bisu

Liga Italia
Jadwal Semifinal Liga Champions: PSG Vs Dortmund, Bayern Vs Real Madrid

Jadwal Semifinal Liga Champions: PSG Vs Dortmund, Bayern Vs Real Madrid

Liga Champions
Susy Susanti Bangga Perjuangan Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Susy Susanti Bangga Perjuangan Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Guinea Serius Tatap Indonesia, Panggil Eks Barcelona dan Tunjuk Pelatih Senior

Guinea Serius Tatap Indonesia, Panggil Eks Barcelona dan Tunjuk Pelatih Senior

Timnas Indonesia
Tour of Turkiye Jadi Bukti Sepak Terjang Brand Asal Indonesia bersama Atlet Balap Sepeda Internasional

Tour of Turkiye Jadi Bukti Sepak Terjang Brand Asal Indonesia bersama Atlet Balap Sepeda Internasional

Sports
Piala Asia U17 Wanita 2024, Tekad Satoru Mochizuki untuk Garuda Pertiwi

Piala Asia U17 Wanita 2024, Tekad Satoru Mochizuki untuk Garuda Pertiwi

Timnas Indonesia
Playoff Olimpiade Paris 2024, 4 Perbandingan Indonesia dan Guinea

Playoff Olimpiade Paris 2024, 4 Perbandingan Indonesia dan Guinea

Timnas Indonesia
Lando Norris Menangi Balapan F1 Kali Pertama, Asapi Verstappen

Lando Norris Menangi Balapan F1 Kali Pertama, Asapi Verstappen

Internasional
Ester Nurumi Bersyukur, Bangga, dan Petik Pelajaran di Piala Uber 2024

Ester Nurumi Bersyukur, Bangga, dan Petik Pelajaran di Piala Uber 2024

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com