Hari ini, dunia olahraga Indonesia berduka dengan kepulangan wartawan senior, Sumohadi Marsis, pada usia 73 tahun. Beliau merupakan pendiri dan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA (1984-2004). Berikut adalah beberapa foto Almarhum dengan ikon-ikon dunia olahraga. pic.twitter.com/zLGkKiwzCQ
— BolaSport.com (@BolaSportcom) December 24, 2017
Pada awalnya ruang kerja kami masih sangat sederhana, kantor kami yang terletak di Palmerah Selatan sangat sempit walaupun karyawan kami belum banyak.
Perusahaan tabung gas yang beroperasi tepat di sebelah kantor membuat suasana kerja sangat tidak nyaman, terutama saat deadline.
Proses penulisan naskah jaman kami berjalan sangat lamban, karena masih menggunakan mesin tik, yang memakai komputer baru satu-dua orang.
Penulis harus menulis ulang apabila terdapat kesalahan sebelum halaman tersebut diberikan kepada bagian layout yang berada di lantai dua.
Deadline menjadi hari dengan kadar stress luar biasa karena suara-suara keras yang datang dari perusahaan gas tersebut.
Keadaannya ketika itu memang jauh dari ideal, tapi berkat bantuan Tuhan yang membimbing, BOLA bisa melewati masa-masa awal dengan relatif lancar."
Pertengahan 1990-an BOLA dibuat jadi dua edisi mengingat sangat banyak hal yang bisa terjadi dalam seminggu.
Pada awalnya edisi Selasa dibikin berbeda, lebih ke segmen anak muda. Namun, beberapa lama kemudian kami tidak membedakan lagi kedua edisi tersebut.
Namun, cobaan datang. Resesi ekonomi sempat membuat BOLA kelimpungan.
Alhasil, biaya yang membengkak membuat dinas luar negeri ditekan. Namun, BOLA tetap berusaha memberi yang terbaik dan memuaskan pembaca dan mengirim tiga wartawan ke Piala Dunia 1998, termasuk saya sendiri.
BOLA bisa menjadi besar karena royalitas pembaca dan daya tarik tersendiri yang BOLA miliki.
Hal ini cukup menarik karena walaupun sudah ada televisi, internet yang sudah gratis, tapi BOLA masih tetap menjadi tabloid olahraga utama di Indonesia.
Semua itu juga berkat bantuan Tuhan yang membimbing dalam semua perjalanan BOLA.
Kontribusi BOLA ke olahraga nasional juga cukup baik, kritik dari kita sering diterima, minimal jadi bahan pemikiran dan wacana.
BOLA juga mengkritik demi kebaikan, perubahan demi kemajuan, sehingga kadang tidak pandang bulu. Niat kami hanya untuk memajukan olahraga Indonesia."
Selamat tinggal Mas Sumo!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.