Untuk pertandingan beregu, jumlahnya menjadi lebih kecil. Sementara itu, pos-pos untuk pemain cadangan di nomor individual dihilangkan.
Besaran ini jelas menimbulkan kekecewaan para atlet dan pembina. Seorang asisten pelatih cabang olahraga mengaku kecewa "hanya" mendapatkan Rp 30 juta setelah selama 4 tahun mempersiapkan timnya meraih dua medali emas PON.
Kekecewaan itu menjadi terakumulasi karena uang saku kontingen DKI terhitung paling kecil di PON, ditambah lagi sejak September usai berlangsungnya PON, para atlet pelatda tak lagi mendapat uang saku bulanan.
Ketua Umum KONI DKI Raja Sapta Ervian mengaku tidak menyangka akan ada gerakan unjuk rasa seperti yang dilakukan para atlet dan pembina olahraga ini. Ia menyebut, memang yang berhak menentukan besaran bonus adalah pihak Pemprov DKI.
"Pihak kami tidak bisa menentukan karena dana itu memang tidak ada pada kami."
Ervian menyebut akan melakukan rapat darurat dengan mengundang pihak induk-induk cabang olahraga yang ada di bawah KONI.
"Saya kira kita akan fokus pada keinginan para atlet dan pembina, yaitu ditambahnya besaran bonus. Masih ada waktu, makanya besok kita harus mengambil sikap."
Batas waktu penggunaan APBD-P 2016 sebelumya disebut jatuh pada 15 Desember. Karena itulah, pemberian bonus dilakukan seputar tanggal tersebut.
Richard Engkeng mengaku, tindakannya melakukan protes soal besaran bonus didorong oleh ketidakadilan yang dirasakannya. Sebagai manajer tinju, ia mengaku telah melakukan segala hal untuk nama baik DKI Jakarta.
"Para petinju amatir yang ada sekarang semuanya dari luar DKI karena memang di sini sudah tidak ada sasana tinju amatir. Jadi, kebanyakan atlet datang dari Maluku, Sulawesi, atau NTT," kata Engkeng.
"Saya membina petinju tersebut sejak mereka saya datangkan dari daerah asal. Mereka tinggal di rumah dan berlatih serta uji coba dengan biaya sendiri. Ini bukan soal uang, ini soal ada perasaan sepertinya pengorbanan kami buat daerah ini seperti tidak dianggap sama sekali."
"Kalau apa yang saya lakukan dianggap sebagai pelanggaran atau bahkan pelanggaran hukum, silakan penjarakan saya. Saya katakan semua ini tanggung jawab saya, para atlet tak perlu menanggung akibatnya. Nyatanya, apa yang saya rasakan ini kan sebenarnya juga mewakili perasaan mereka semua," kata Engkeng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.