Laporan langsung Pipit Puspita Rini dari Rio de Janeiro, Brasil.
RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Film kartun Jepang atau anime ternyata punya pengaruh besar pada Ika Yuliana Rochmawati. Atlet panahan berusia 27 tahun itu menggeluti olahraganya saat ini karena sebuah tokoh di film anime.
Ketika masih kecil, Ika pernah bercita-cita menjadi bidan atau guru. Kini, dia menjadi salah satu pemanah putri terbaik Indonesia yang berlaga pada Olimpiade Rio 2016.
Ika mulai menekuni olahraga panahan saat duduk di kelas 6 SD. Ibunya, berprofesi sebagai guru, merupakan orang pertama yang mengarahkan Ika untuk menekuni cabang ini.
"Saya mau ikut panahan karena menurut saya olahraga ini keren, keren banget," kata atlet kelahiran Bojonegoro, 2 Juli 1989 tersebut.
Ketertarikan Ika terhadap panahan bermula dari kesukaannya menyaksikan film kartun asal Jepang, "Digimon" atau "Digital Monster".
"Salah satu tokoh di kartun itu adalah Angemon (Angel Digital Monster). Dia jago memanah. Dia keren banget dan saya jadi suka panahan," ujar Ika.
Rasa suka itu turut menjadi dasar yang mengantar Ika meraih banyak prestasi saat ini, termasuk lolos ke Olimpiade untuk ketiga kalinya secara beruntun.
Perjalanan Ika pada Rio 2016 terhenti di babak pertama (1/32) setelah kalah dari Naomi Folkard (Inggris) di Sambodromo, Rio de Janeiro, Selasa (10/8/2016).
Ika tertinggal 0-4 dalam pengumpulan poin setelah set kedua. Dia berhasil mengejar lalu menyamakan posisi 5-5 setelah set kelima (27-28, 25-27, 29-29, 26-24, 28-27).
Penentuan pemenang harus dilakukan lewat babak shoot-off. Masing-masing pepanah diberi kesempatan untuk melakukan satu kali tembakan. Ika tersingkir setelah kalah 7-9.
"Saya yang salah. Saya salah menganalisis situasi. Di tempat saya berdiri memang tidak berangin, tetapi ternyata di area target ada anginnya. Saya terlambat menyadari itu," ucap Ika.
Banyak teman dari panahan
Ika harus melalui perjalanan yang panjang untuk bisa sampai ke Olimpiade. Dia juga harus melakukan persiapan dengan baik sebelum berlaga, termasuk menghindari makanan dan minuman tertentu.
"Sekitar sebulan sebelum bertanding saya puasa soft drink, kopi, dan es krim. Hal seperti ini sudah biasa saya lakukan setiap akan mengikuti turnamen," ujar sulung dari tiga bersaudara tersebut.