Seakan sihir bertuah, pebalap lain tak bisa menolak intimidasi Armstrong. Meski begitu, merekalah yang kemudian memberikan kesaksian kepada USADA. Sebut saja nama Levi Leipheimer, Tyler Hamilton, George Hincapie, Frankie Andrue, Floyd Landis, Christian Vande Velde, dan David Zabriskie. Bersama Ferrari, pebalap-pebalap ini memainkan semua peran yang mungkin dilakukan untuk melindungi Armstrong saat petugas antidoping datang memeriksa.
Dalam laporannya kepada UCI, USADA juga membeberkan modus operandi yang dilakukan tim USPS dan Armstrong untuk mengakali petugas-petugas tes sehingga tak satu pun hasil tes Armstrong dinyatakan positif doping. Berbagai macam taktik yang disesuaikan dengan jenis doping yang dikonsumsi digunakan USPS dan Armstrong. Yang mengejutkan, teknik dasar yang digunakan, sesuai dengan pengakuan rekan-rekan Armstrong adalah sederhana, yakni menghindar, bersembunyi, atau kabur dari petugas tes doping.
Jaringan konspirasi doping USPS juga menyebar puluhan mata-mata untuk mendeteksi di hotel mana petugas tes menginap. Jika informasi didapat, tim USPS akan menginap jauh dari hotel petugas tes. Jika pertemuan dengan petugas tak bisa dihindari, tim USPS secara terlatih mengulur waktu untuk memberikan kesempatan dokter tim melakukan transfusi darurat guna membersihkan sisa doping dalam darah. Dalam laporan USADA selama kejuaraan dunia 1998, petugas tes dialihkan dahulu ke pebalap lain, sementara dokter tim menyelundupkan sekantong infus cairan garam (saline) untuk ditransfusikan kepada Armstrong. Cairan garam itu membuat darah Armstrong terlihat normal.
Keputusan UCI Senin lalu mengakhiri kisah Cinderella Lance Armstrong, pahlawan yang jadi pecundang. Namun, olahraga balap sepeda tak boleh mati, tak boleh hancur, tak boleh mematahkan impian pebalap muda seperti Kelvin.