Tekad kuat setelah berkali-kali kecewa melecut Murray. Setelah memenangi Olimpiade London 2012, ia merasa kinilah saatnya mengangkat trofi turnamen utama terakhir tahun ini. Sebelum menatap Djokovic di lapangan, ia duduk di ruang ganti, masih menyisakan keragu-raguan.
”Saya membatin, jika gagal, saya akan menjadi orang pertama yang kalah setelah lima kali menjadi finalis (
Beberapa kali dalam sesi wawancara Murray menyatakan ia makin dewasa dari waktu ke waktu. Tahun ini, dengan arahan pelatih barunya, Ivan Lendl (juara AS Terbuka 1985-1987), ia mulai memainkan gaya lebih variatif dan berbeda. Dari segi perilaku dan mental, ia juga merasa jauh lebih tenang.
Pengalaman telah membangun kedewasaan. Murray masih berusia sembilan tahun ketika harus menyaksikan orangtuanya bercerai. Ia masih bocah sekolah dasar di Dunblane, ketika seorang penganggur bernama Thomas Hamilton menodongkan
Murray meringkuk di bawah bangku sewaktu Hamilton membunuh 16 anak dan seorang guru dalam peristiwa yang dikenal dengan ”pembunuhan massal sekolah Dunblane”. Ia belum ditakdirkan tewas, Hamilton membunuh dirinya sendiri.
Murray enggan membicarakan peristiwa itu ketika wartawan ingin mengulik lagi bagaimana perasaannya waktu itu. Ia berkilah masih terlalu kecil untuk mengingat setiap detail peristiwa tersebut.
Ia membuang semua pengalaman buruknya di Glasgow bersamaan dengan hijrahnya ke Barcelona saat berusia 15 tahun. Sejak itu, ia mantap menjadi petenis dan bukan pemain sepak bola seperti yang ditawarkan sebuah klub.
Murray berada pada peringkat ke-407 dunia pada 2005. Namun, tujuh tahun kemudian, posisinya hanya di bawah Federer dan Djokovic, dua petenis yang dia kagumi.
Murray kini nyaris sama seperti pelatihnya, Lendl, yang juga memenangi