Susan Sarandon, yang pernah meraih penghargaan Piala Oscar sekaligus mitra pemilik klub tenis meja di Manhattan yang diberi nama SPiN, pada Februari lalu telah mendonasikan 75.000 dollar AS (sekitar Rp 690 juta) untuk mendukung program tenis meja di sekolah-sekolah umum di New York. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan tenis meja dan pelatihan.
Atlet di dua kali olimpiade yang kini menjadi penyiar, Sean O’Neil, mengungkapkan, Sarandon bahkan tengah menjajaki kemungkinan membuat sebuah film mengenai tenis meja dengan setting pada era 1980-an. Namun, melalui seorang penghubungnya, Sarandon menolak permohonan wawancara untuk mengonfirmasikan hal tersebut.
”Mereka melakukan hal-hal seperti ini pada cabang olahraga lainnya. Saya tak melihat ini terlalu berlebihan,” ujar O’Neil.
Dibandingkan dengan cabang tenis, misalnya, tenis meja memang kalah populer. Tingkat persaingan yang rendah menjadi salah satu penyebabnya. Sebab, cabang ini lebih didominasi para pemain yang berasal dari beberapa negara, antara lain China, Jepang, dan Swedia.
Memang banyak negara memiliki atlet tenis meja profesional. Namun, jika dilihat lebih mendalam, banyak dari mereka sebenarnya berasal dari China. Sebut saja Chen Weixing yang kini membela Austria atau atlet putri Li Jiao (Belanda).
Tenis meja sebenarnya sudah memiliki kalender seri turnamen dunia. Namun, Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) gagal merangkul mitra jaringan televisi yang kuat untuk memasarkan turnamen-turnamen tenis meja itu ke seluruh belahan dunia.
Kesenjangan kualitas di antara pemain menjadikan pingpong sering kali kurang menarik untuk ditonton karena bola sangat cepat mati dan jarang terjadi reli-reli panjang. Sementara cara penghitungan poin yang ada sekarang menjadikan pertandingan pingpong berjalan relatif cepat selesai. Drama dan ketegangan yang dirasakan di cabang lain kurang muncul di cabang pingpong.
Oleh karena itu, ITTF perlu melakukan sejumlah kajian dan langkah terobosan untuk membuat pingpong lebih menarik ditonton dan bisa mengundang lebih banyak penonton.
Masalahnya, apakah ITTF merasakan adanya keperluan untuk semakin memopulerkan pingpong di seluruh dunia dan mengangkat derajat tenis meja lebih tinggi. Jika kondisi sekarang sudah dirasakan cukup dan memuaskan, itulah rintangan pertama sekaligus utama untuk lebih memajukan pingpong. Kita lihat saja, bagaimana daya tarik pingpong di Olimpiade London 2012.