Minat Triyaningsih pada atletik muncul setelah mendapat dorongan dari sang kakak, Ruwiyati, yang sudah menjadi pelari terkenal. Triyaningsih kemudian berlatih di klub atletik Lokomotif di Salatiga sejak 2002. Dia langsung di bawah pengawasan pelatih Alwi Mugiyanto, yang sejak awal sudah melihat bakat Triyaningsih sebagai pelari.
”Dulu, kalau latihan sebenarnya saya selalu yang paling belakang. Karena itu, saya kemudian jadi bertekad untuk mengalahkan teman-teman yang lebih muda. Eh, akhirnya malah jadi keterusan,” cerita pelari yang masih lajang itu, mengenang.
Triyaningsih mengaku jatuh cinta pada atletik karena melihat kakaknya berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Dia juga melihat bahwa menjadi atlet bisa mendapat uang dan pekerjaan.
Triyaningsih pertama kali ikut SEA Games tahun 2003 di Vietnam, untuk nomor 5.000 meter. Ia finis pada urutan keempat, tetapi berhasil memecahkan rekor nasional yunior dengan waktu 16 menit 21 detik.
Tahun 2005, Triyaningsih dicoret dari tim SEA Games karena berlaku tidak disiplin.
Tahun 2007, Triyaningsih memperkuat tim SEA Games untuk nomor 5.000 meter dan 10.000 meter. Di sini, dia memecahkan rekor nomor 5.000 meter dengan waktu 15 menit 54,32 detik.
Pada SEA Games 2009 Triyaningsih turun lagi di nomor 5.000 meter dan 10.000 meter.
”Saya memang masih kurang disiplin. Saya mengakui, kadang saya merasa malas. Pak Alwi selalu mengingatkan saya untuk lebih disiplin,” kata ratu atletik itu, mengevaluasi dirinya sendiri.
Uang bonus yang bakal diperoleh Triyaningsih dari tiga medali emas SEA Games 2011 rencananya akan dia gunakan untuk beribadah umrah bersama sang bunda.