Menurut Liliyana, faktor lain yang menjadi perhatiannya dalam pertandingan babak final adalah soal kesabaran. ”Saya juga harus menjaga kesabaran Tontowi, yang masih kerap terlalu bergairah untuk selalu tampil menekan,” ujar Liliyana.
Tontowi berharap dapat mengontrol emosi agar dapat tetap fokus untuk meraih poin demi poin guna memenangi pertandingan babak final tersebut.
Mantan pemain nasional ganda putri dan ganda campuran, Rosiana Tendean, mengatakan, pasangan Tontowi/Liliyana punya potensi dan prospek yang bagus untuk menjadi andalan Indonesia di olimpiade.
Selain di ganda campuran, Indonesia punya harapan lain di sektor ganda putri lewat pasangan Vita Marissa/Nadia Melati. Pasangan pemain non-pelatnas Cipayung ini melaju ke final setelah mengalahkan pasangan Jepang, Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa, 21-12 dan 21-12.
Bagi Vita/Nadia, hasil ini merupakan pencapaian terbaik yang mereka raih. Majunya Vita/Nadia di final menjadi kejutan besar karena keduanya bukan pemain unggulan.
Dibandingkan dengan Tontowi/Liliyana, peluang Vita/Nadia lebih berat karena lawan yang mereka hadapi adalah pasangan kuat China, Wang Xiaoli/Yu Yang. ”Kami tahu tidak diunggulkan. Justru situasi ini yang akan kami manfaatkan. Kami akan bermain tanpa beban. Mudah-mudahan dukungan penonton juga membantu memompa semangat kami,” kata Vita.
Indonesia gagal menambah wakil di final dari nomor ganda putra setelah pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan dan Bona Septano/Muhamad Ahsan dikalahkan pasangan China. Markis/Hendra kalah dari unggulan ketiga, Cai Yun/Fu Haifeng, 18-21 dan 15-21. Adapun Bona/Ahsan kalah dari Guo Zhendong/Chai Biao, 21-18, 11-21, dan 18-21.
Final tunggal putra akan mempertemukan pemain Denmark, Peter Gade, dengan pemain Malaysia, Lee Chong Wei. Sementara di final putri akan berhadapan pemain India, Saina Nehwal, dengan pemain China, Wang Yihan.