Jakarta, Kompas -
Selain dukungan penuh dari penonton, Tontowi/Liliyana juga sudah mendapat modal kepercayaan diri seusai menjuarai turnamen Super Series Singapura Terbuka, pekan lalu. Ketika itu, Tontowi/Liliyana tampil sebagai juara di antaranya dengan mengalahkan Zhang/Zhao, 23-21 dan 21-16, di babak semifinal.
Sama hal seperti di Singapura Terbuka, penampilan Tontowi/Liliyana kali ini cukup meyakinkan. Mereka tidak kehilangan satu gim pun untuk mencapai babak final.
Pada partai semifinal kemarin, Tontowi/Liliyana sukses mengalahkan pasangan Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, 21-15 dan 21-14. Keduanya bermain dengan semangat juang dan kepercayaan diri tinggi dengan dukungan penuh penonton yang memadati Istora Senayan.
Sementara Zhang/Zhao mencapai partai puncak dengan mengalahkan pasangan Taiwan, Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing, 21-17 dan 21-17.
Pelatih ganda campuran pelatnas Cipayung, Richard Mainaky, berharap Tontowi dan Liliyana bisa kembali bermain maksimal di partai final.
”Beban besar pasti ada karena mereka sejak awal memang diharapkan bisa menang. Sekarang tinggal kepercayaan diri mereka untuk mengatasi beban itu,” kata Richard.
Masyarakat Indonesia memang menanti pemain Indonesia meraih gelar juara. Pasalnya, pada dua edisi terakhir Indonesia Open, tak satu pun pemain Indonesia yang meraih gelar.
Turnamen Indonesia Open kali ini gengsinya sudah lebih tinggi karena status kejuaraan dinaikkan dari kelas Super Series menjadi Premier Super Series. Selain total hadiahnya meningkat dari 250.000 dollar AS (sekitar Rp 2,1 miliar) menjadi 600.000 dollar AS (sekitar Rp 5,1 miliar), raihan poin juara di turnamen ini cukup besar dan menjadi modal untuk penghitungan kualifikasi olimpiade di London tahun depan.
Tontowi dan Liliyana mengaku sudah siap menghadapi pertandingan final. ”Kami akan berusaha tampil lepas tanpa beban dengan sedapat mungkin tidak membuat banyak kesalahan sendiri,” kata Liliyana.
Menurut Liliyana, faktor lain yang menjadi perhatiannya dalam pertandingan babak final adalah soal kesabaran. ”Saya juga harus menjaga kesabaran Tontowi, yang masih kerap terlalu bergairah untuk selalu tampil menekan,” ujar Liliyana.
Tontowi berharap dapat mengontrol emosi agar dapat tetap fokus untuk meraih poin demi poin guna memenangi pertandingan babak final tersebut.
Mantan pemain nasional ganda putri dan ganda campuran, Rosiana Tendean, mengatakan, pasangan Tontowi/Liliyana punya potensi dan prospek yang bagus untuk menjadi andalan Indonesia di olimpiade.
Selain di ganda campuran, Indonesia punya harapan lain di sektor ganda putri lewat pasangan Vita Marissa/Nadia Melati. Pasangan pemain non-pelatnas Cipayung ini melaju ke final setelah mengalahkan pasangan Jepang, Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa, 21-12 dan 21-12.
Bagi Vita/Nadia, hasil ini merupakan pencapaian terbaik yang mereka raih. Majunya Vita/Nadia di final menjadi kejutan besar karena keduanya bukan pemain unggulan.
Dibandingkan dengan Tontowi/Liliyana, peluang Vita/Nadia lebih berat karena lawan yang mereka hadapi adalah pasangan kuat China, Wang Xiaoli/Yu Yang. ”Kami tahu tidak diunggulkan. Justru situasi ini yang akan kami manfaatkan. Kami akan bermain tanpa beban. Mudah-mudahan dukungan penonton juga membantu memompa semangat kami,” kata Vita.
Indonesia gagal menambah wakil di final dari nomor ganda putra setelah pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan dan Bona Septano/Muhamad Ahsan dikalahkan pasangan China. Markis/Hendra kalah dari unggulan ketiga, Cai Yun/Fu Haifeng, 18-21 dan 15-21. Adapun Bona/Ahsan kalah dari Guo Zhendong/Chai Biao, 21-18, 11-21, dan 18-21.
Final tunggal putra akan mempertemukan pemain Denmark, Peter Gade, dengan pemain Malaysia, Lee Chong Wei. Sementara di final putri akan berhadapan pemain India, Saina Nehwal, dengan pemain China, Wang Yihan.