Akhir 2002 Li meninggalkan tenis dan fokus menyelesaikan kuliah di Huangzhong University of Science and Technology. Dia menuntaskan studinya di bidang jurnalisme tahun 2009. Selama kuliah, rekan-rekannya di kampus tak ada yang tahu Li seorang petenis.
”Saya tak pernah bicara soal tenis atau sebagai petenis. Tenis bukan olahraga populer. Kalau saya membahas tenis, mereka tak tertarik,” kata Li.
Antara 2002 hingga 2009 Li kembali ke tenis karena orangtuanya terus-menerus memintanya menekuni tenis. Ia juga berpikir karier tenis lebih menjanjikan ketimbang sebagai jurnalis. Tahun 2004 Li kembali ke tim nasional dan menikah dengan Jiang Shan, pelatihnya pada 2006.
”Orangtua terus mendorong, sampai saya jenuh mendengarnya. Saya tak suka dipaksa. Namun, saya cinta tenis, jadi saya kembali. Kalau berhenti main tenis, saya bakal kehilangan segalanya,” ujar Li.
Hingga 2004 Li bertarung di sirkuit Federasi Tenis Internasional (ITF) dan turnamen Asosiasi Tenis Wanita (WTA). Total dia mengoleksi 19 gelar juara tunggal putri dan satu gelar WTA dari turnamen Tier IV di Guangzhou. Ia masuk 100 besar dunia dengan peringkat 80 WTA.
Mulai 2005 Li meninggalkan arena ITF dan sepenuhnya berlaga di WTA. Sepanjang karier, Li menghadapi masalah klasik atlet profesional, yakni sakit dan cedera yang membuatnya menjauh dari lapangan. Ia berkali-kali cedera hingga absen lama dari arena. Peringkatnya terlempar dari 100 besar menjadi 140 kala berlaga di Australia Terbuka 2008.
Setelah final Australia Terbuka 2010, Li gagal di empat turnamen berikutnya. Ia memecat suaminya sebagai pelatih. ”Saya berusaha tak mengatakan saya memecat kamu,” kata Li yang tetap mencintai suaminya. Dia menyadari, tenis dan cinta bukan paduan yang mudah diramu.
”Sulit melatih istri. Bekerja dan pernikahan adalah dua hal berbeda,” kata Jiang yang menjadi lawan latih tanding Li dan mengurus segala keperluan istrinya.
”Setiap hari saya siap melakukan apa saja untuknya. Tak peduli sebagai pelatih, lawan latih tanding, atau pemungut bola. Apa pun agar dia fokus dengan kariernya,” ujar Jiang.
Li gembira dengan kehadiran Mortensen yang mengurangi beban sang suami. ”Dia tak punya waktu mengurus dirinya sendiri. Segalanya untuk saya. Kelak jika pensiun, saya akan menjadi istri yang mengurus suami. Itu balasan saya atas jasanya,” ujar Li yang kini berperingkat 4 WTA.