Oleh KORANO NICOLASH LMS
Agar pencak silat bisa dipertandingkan pada ajang multicabang yang lebih tinggi dari SEA Games, Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia ataupun Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa harus segera melakukan perubahan mendasar terhadap teknik silat dan sistem penilaian. Jika tidak, seni bela diri asli Indonesia ini tidak bergerak ke mana-mana.
Saat ini, ketika Indonesia bersiap untuk menjadi tuan rumah SEA Games XX-VI-2011 Palembang-Jakarta, beban pun lebih berat. Bagi Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI), tak ada kata lain, mereka harus menggarap atletnya sedemikian rupa agar bisa merajai cabang yang lahir dari negerinya sendiri.
Apalagi, sebagai tuan rumah, secara keseluruhan Indonesia telah mencanangkan diri untuk menjadi juara umum SEA Games 2011. Artinya, PB IPSI pun harus memberikan kontribusi.
Pada SEA Games Laos 2009, Indonesia hanya menempati urutan keempat di cabang pencak silat dengan 2 medali emas, 3 perak, dan 3 perunggu. Yang menggaet medali terbanyak adalah Vietnam, disusul Malaysia dan Thailand. Secara keseluruhan, mulai SEA Games 1999 di Brunei hingga SEA Games 2009 Laos, Indonesia tak pernah lagi menjadi juara umum. Praktis,
Indonesia kerap berada di bawah Thailand dan Malaysia.
Lompatan dari urutan ketiga menjadi juara umum bukan berarti PB IPSI ataupun pengurus cabang olahraga harus lebih mendadar secara istimewa atlet-atletnya yang dipercaya untuk mencatat sejarah manis.
Sayangnya, SEA Games 2011 belum terselenggara, wajah Indonesia sudah tercoreng dengan kejadian yang sangat memalukan (Kompas, 15/12). Ulah penonton, yang juga merupakan mantan atlet pencak silat Indonesia, menimbulkan pertanyaan soal sportivitas. Yang lebih memalukan, kejadian tersebut terjadi di Kejuaraan Dunia Pencak Silat XIII-2010 yang tengah berlangsung di Padepokan Nasional Pencak Silat, Jakarta Timur, 12-17 Desember. Pemukulan yang dilakukan Hariki dari Perguruan Pencak Silat Pamor terhadap ofisial Vietnam tersebut itu terjadi saat pesilat Indonesia, Pranoto, akan melakukan revans di kelas J. Maklum, di SEA Games 2009 Laos, Pranoto kalah dari Nguyen Thanh Quyen yang memang terlihat jauh lebih baik dalam teknik tendangan, sapuan, ataupun dalam menangkis serangan.
Di depan pendukungnya sendiri, Pranoto kalah angka cukup telak sampai saat pertarungan babak ketiga belum dihentikan. Hampir semua wasit memberikan nilai kemenangan untuk Quyen. Nilai itu tidak termasuk beberapa kali pelanggaran Pranoto yang seharusnya dapat potongan nilai dari wasit.