Jika tak juga ada kemajuan, segera direksinya diganti dengan mereka yang lebih mampu. Lebih dari 100 peristiwa luar biasa terjadi dalam setahun. Ini sama artinya dengan satu kecelakaan per tiga hari.
Tabrakan di Bogor
Apalagi, tabrakan ”sodomi” dua KRL di Bogor dipandang sebagai kebebalan PT KA. ”Saya menduga persoalannya klasik, mungkin masinis KRL Pakuan Express 221 melanggar sinyal merah, sinyal yang fungsinya menandai adanya KRL ekonomi yang mogok di blok sinyal di depannya,” kata pemerhati KA, Moch Hendrowiyono.
Namun, kata Hendro, jika sinyal dilanggar, tidak serta-merta itu kesalahan masinis semata. Bisa saja sinyal di jalur itu memang sering rusak sehingga masinis melanggarnya. Lalu, mengapa kerusakan sinyal tak ditangani?
Pendapat lain disampaikan pengamat kereta api dari LIPI, Taufik Hidayat. ”Akar masalahnya pada KRL Holec yang sering mogok,” ujarnya.
Dibangun dengan teknologi Belanda-Belgia, KRL Holec lebih canggih daripada KRL Jepang. Namun, menurut Taufik, penguasaan teknisi PT KA atas perangkat lunak dan elektronik KRL Holec masih rendah.
Persoalan lain, rem KRL harus sering dicek. Rem hanya andal jika dirawat dan sering diganti. Harus diingat, KA baru berhenti setelah 500 meter jika direm pada kecepatan 60 km per jam.
Intinya, lemah dan minimnya pemeliharaanlah yang menyebabkan KA sering mogok. Hal ini membuat KA kerap terlambat, konsumen mengumpat, melempar batu, dan dampak yang paling menyedihkan terjadi tabrakan KA yang merenggut nyawa manusia.
Apakah ini semata kesalahan PT KA? Tidak sesederhana itu menjawabnya. Harus dilihat sejauh mana tanggung jawab regulator mengawasi kinerja PT KA. Sudah tuntaskah sertifikasi oleh Ditjen Perkeretaapian?
Kecelakaan KA adalah jalinan dari banyak faktor kesalahan. Tidak ada faktor tunggal dalam kecelakaan KA.
Namun, tetap harus ada optimisme angka kecelakaan bisa ditekan dan perkeretaapian semakin membaik. Dengan catatan, itu bisa dicapai jika ada langkah konkret membenahi perkeretaapian. Tak perlu menunggu hasil investigasi.... (Haryo Damardono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.