KOMPAS.com -Tabrakan antarkereta api terjadi lagi. Setiap ada tabrakan, investigasi dilakukan dan penyebab tabrakan pun diketahui, tetapi tabrakan tetap saja terjadi dengan penyebab yang sama. Lalu, apa gunanya investigasi?
Jadi, masih perlukah investigasi? Atau lebih baik menjalankan terlebih dahulu semua rekomendasi yang pernah ada dari hasil investigasi agar kecelakaan KA bisa dicegah.
Telah cukup banyak rekomendasi yang diberikan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Pusat Keselamatan PT KA.
Investigasi terhadap kecelakaan KA di Bogor, Selasa (4/8), tetap diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah PT KA dan Ditjen Perkeretaapian mengumumkan langkah apa yang akan diambil.
Terlebih, ada kesamaan dari berbagai kecelakaan itu, yaitu tabrakan dalam satu jalur, antara lain tabrakan KA Rajawali dengan KA Antaboga di Stasiun Pembantu Kapas, Kabupaten Bojonegoro, 23 Januari 2009, dan
KRL Ekonomi Jakarta-Bogor 523 menabrak KRL Depok Express 265 di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, 5 Juni 2009. Kejadian serupa kini terulang di Bogor, Jawa Barat, Selasa, antara KRL 549 dan KRL AC Pakuan Express 221.
Untuk sebuah negara dengan tingkat kecelakaan tinggi, investigasi oleh KNKT terasa lamban. Sudah begitu, hasil penyelidikan berbulan-bulan tak diumumkan kepada publik. Hanya dipajang di internet yang tak semua orang mampu mengakses.
Lebih buruk lagi, KNKT tak punya kuasa mengevaluasi apakah rekomendasinya telah diikuti. Tabrakan KA Rajawali dan KA Antaboga, misalnya, apakah penyebabnya telah diketahui dan langkah perbaikan apa yang telah dilakukan PT KA? Masyarakat tak pernah tahu itu.
Seharusnya, KNKT diberi kuasa menekan subyek investigasi dan menyampaikan kepada publik keberhasilan atau kegagalan subyek memenuhi rekomendasi KNKT.
Jadi, ketika PT KA gagal mememenuhi rekomendasi, masyarakat didorong untuk memilih moda angkutan lain sembari menunggu pembenahan PT KA.
Jika tak juga ada kemajuan, segera direksinya diganti dengan mereka yang lebih mampu. Lebih dari 100 peristiwa luar biasa terjadi dalam setahun. Ini sama artinya dengan satu kecelakaan per tiga hari.
Tabrakan di Bogor
Apalagi, tabrakan ”sodomi” dua KRL di Bogor dipandang sebagai kebebalan PT KA. ”Saya menduga persoalannya klasik, mungkin masinis KRL Pakuan Express 221 melanggar sinyal merah, sinyal yang fungsinya menandai adanya KRL ekonomi yang mogok di blok sinyal di depannya,” kata pemerhati KA, Moch Hendrowiyono.
Namun, kata Hendro, jika sinyal dilanggar, tidak serta-merta itu kesalahan masinis semata. Bisa saja sinyal di jalur itu memang sering rusak sehingga masinis melanggarnya. Lalu, mengapa kerusakan sinyal tak ditangani?
Pendapat lain disampaikan pengamat kereta api dari LIPI, Taufik Hidayat. ”Akar masalahnya pada KRL Holec yang sering mogok,” ujarnya.
Dibangun dengan teknologi Belanda-Belgia, KRL Holec lebih canggih daripada KRL Jepang. Namun, menurut Taufik, penguasaan teknisi PT KA atas perangkat lunak dan elektronik KRL Holec masih rendah.
Persoalan lain, rem KRL harus sering dicek. Rem hanya andal jika dirawat dan sering diganti. Harus diingat, KA baru berhenti setelah 500 meter jika direm pada kecepatan 60 km per jam.
Intinya, lemah dan minimnya pemeliharaanlah yang menyebabkan KA sering mogok. Hal ini membuat KA kerap terlambat, konsumen mengumpat, melempar batu, dan dampak yang paling menyedihkan terjadi tabrakan KA yang merenggut nyawa manusia.
Apakah ini semata kesalahan PT KA? Tidak sesederhana itu menjawabnya. Harus dilihat sejauh mana tanggung jawab regulator mengawasi kinerja PT KA. Sudah tuntaskah sertifikasi oleh Ditjen Perkeretaapian?
Kecelakaan KA adalah jalinan dari banyak faktor kesalahan. Tidak ada faktor tunggal dalam kecelakaan KA.
Namun, tetap harus ada optimisme angka kecelakaan bisa ditekan dan perkeretaapian semakin membaik. Dengan catatan, itu bisa dicapai jika ada langkah konkret membenahi perkeretaapian. Tak perlu menunggu hasil investigasi.... (Haryo Damardono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.