JAKARTA, Kompas.com - Perbedaan pandangan soal sponsor pada Audisi Umum Bulu Tangkis menunjukkan bahwa belum ada kesepakatan soal kepastian pendidikan melalui jalur olahraga.
Setelah melalui rapat koordinasi lintas kementerian, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis merupakan kegiatan yang mengeksploitasi anak dengan melibatkan citra merek Djarum sebagai perusahaan rokok.
KPAI bahkan mengeluarkan 6 kesepakatan yang mereka capai bersama Kemenko PMK, Kemenpora, Kemenkes, Bappenas, dan BPOM yang mendorong agar dihentikannya penggunaan nama "Djarum" sebagai sponsor kegiatan audisi umum bulu tangkis tersebut.
"Mau tidak mau harus berubah nama karena di sini detail sekali dalam peraturannya. Jangankan nama, warna saja yang menyerupai sudah harus dihapus, tidak boleh," ujar Sitti Hikmawatty selaku anggota KPAI.
Pihak sponsor melalui Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, menolak tuduhan pihaknya melakukan eksploitasi anak karena tidak ada unsur pemaksaan.
Yoppy menekankan bahwa Djarum Foundation selalu mematuhi hukum yang berlaku.
Yoppy menyebut ada perbedaan dengan PT Djarum dengan Bakti Olahraga Djarum Foundation.
Sebenarnya model pembinaan seperti audisi umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis ini merupakan alternatif dari sistem bonus yang dianggap tidak bisa mendongkrak prestasi dalam jangka panjang.
Bakat-bakat usia muda dikumpulkan dalam kamp pelatihan, menimba ilmu olahraga, berlatih secara benar dan sistematis serta yang terpenting mendapat kesempatan untuk bertanding ke mana pun.
Sejak 2006, Bakti Olahraga Djarum Foundation menggunakan cara penjaringan bakat pemain bulu tangkis masa depan melalui kegiatan audisi.
Para calon peminat yang ingin mengembangkan karier bersama PB Djarum ikut dalam persiangan yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai kota.
Mereka yang lolos kemudian bergabung dengan para atlet PB Djarum yang lebih dulu bergabung di pemusatan latihan pemain di jati, Kudus.
Di "kawah candradimuka" ini para pemain saling bersaing untuk lebih merebut masa depan mereka sebagai pemain kelas dunia.
Mereka mengikuti pertandingan dari tingkat dasar hingga layak untuk dikirim mengikuti turnamen-turnamen di luar negeri.
Yoppy Rosimin mengaku bahwa membentuk seorang dari dasar hingga menjadi pemain yang siap bersaing di luar negeri bukan hal yang murah.