Pencapaian prestasi karateka Indonesia sebenarnya bisa jauh lebih tinggi dari sekadar di Asia Tenggara. Syaratnya, para karateka lebih tekun mengikuti metode latihan yang telah disiapkan tim pelatih.
Kesimpulan tersebut terpapar pada hari kedua diskusi yang dipersiapkan Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI), Kamis (20/12). Diskusi itu diikuti 40 karateka peserta pemusatan latihan nasional (pelatnas) SEA Games Myanmar 2013.
Dua akademisi ilmu olahraga, Frans Nurseto S dan Dr Johansyah Lubis yang juga mantan atlet pencak silat, menjabarkan temuan mereka. Hasil tes parameter fisik terhadap para karateka itu menunjukkan stamina mereka lebih rendah dari tingkat yang seharusnya dicapai.
Dengan begitu, ada bagian dari proses latihan yang harus dilalui dengan lebih disiplin. Dalam kondisi latihan selama ini yang masih belum sempurna, Indonesia sudah bisa menjadi kekuatan utama di Asia Tenggara. Jika proses latihan disempurnakan, ada harapan prestasi karate Indonesia meningkat.
Menurut Frans dan Johansyah, sebagai cabang olahraga tidak terukur yang antara lain mengandalkan kekuatan, setiap karateka menyadari metode latihan karate harus mencapai kategori anaerobik.
Namun, kategori anaerobik ini dicapai setelah lebih dahulu melalui kategori aerobik. Dalam pembentukan dasar yang harus melalui kategori aerobik inilah latihan yang dilalui terasa tidak menyenangkan.
Dalam periodisasi dasar atau pendahuluan, pembentukan kemampuan aerobik diperoleh dari latihan lari, skiping, atau aktivitas apa pun yang secara bertahap terus meningkat. Hingga suatu saat, bentuk latihan itu harus dilakukan dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.
”Dasar tersebut harus dicapai dengan baik sehingga stamina kalian bisa prima. Tanpa itu, ya seperti hasil tes yang saya lihat. Sebagian besar staminanya kurang baik,” tegas Frans.
Jika sudah mencapai fase tersebut, secara bertahap karateka harus memasuki latihan daya tahan. Sebab, daya tahan yang panjang itulah yang diperlukan oleh setiap karateka dalam setiap kumite (pertarungan) pada kejuaraan yang diikuti.
Sementara untuk karateka yang mengikuti nomor kata (jurus) pun, latihannya kemudian akan lebih banyak pada pembentukan otot kecil yang menentukan stabilisasi gerakan saat mereka memainkan kata.