KOMPAS.com - Berbincang langsung dengan Rio Haryanto (23), pebalap Formula 1 yang mewakili Indonesia bahkan Asia di ajang balap jet darat tahun 2016, ibarat melihatnya tengah berlaga di sirkuit balap. Cerita bisa melesat mulus jika menyangkut hal yang disukainya.
Luncuran ceritanya seperti mobil balap yang langsung dipacu saat lampu hijau menyala. Namun, saat ditanya hal-hal yang sifatnya pribadi dan kontemplatif, Rio ibarat memacu mobilnya dengan hati-hati agar tak oleng saat menikung tajam.
"Semua ibarat mimpi jadi kenyataan. Beberapa tahun lalu saya cuma bisa duduk di situ menonton Lewis Hamilton," ujar Rio menunjuk sofa di ruang tamu di suatu apartemen di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Buat Rio, kesempatan berlaga di ajang balap puncak dunia Formula 1 adalah suatu anugerah besar yang tentunya berhasil dicapai berkat kerja keras dan ketekunan. Dalam waktu yang singkat, dia pun harus bisa segera beradaptasi.
"Dari steering wheel saja saya harus cepat beradaptasi dan belajar. Ada 30 tombol dan sakelar terpasang di setir mobil Formula 1 dengan fungsi dan pengaruh berbeda-beda," ujarnya.
Sebagai perbandingan, papar Rio antusias, setir mobil balap saat dia berlaga di GP2 hanya memiliki empat tombol dan sakelar.
Kerja keras
Sejak usia 6 tahun, Rio sudah kenal dunia balapan. Memulai karier balapannya sejak kelas gokar. kejuaraan demi kejuaraan gokar pun dimenanginya.
Pada usia 15 tahun, Rio memutuskan untuk sepenuhnya terjun menjadi pebalap profesional. Ketika itu dia berhasil menjuarai Formula Asia 2.0 (Asia Formula Renault) pada tahun 2008. Prestasi demi prestasi diraihnya di seri balap GP3 2010 dan 2011, Auto GP 2011, hingga GP2 2012-2015.
Saat ditanya soal apa yang paling ditakutinya dalam hidup, Rio menjawab kegagalan salah satu di antaranya. Dia mengaku termasuk orang yang sulit menerima kegagalan. Apalagi jika kegagalan itu terkait dengan harapan dan target yang ditetapkannya sendiri.
Rio mengaku senang menantang diri sampai titik maksimal. Berkompetisi dan menang menjadi salah satu hasrat terbesarnya sejak kecil. Bahkan, untuk sekadar main bulu tangkis ataugimkomputer dengan temannya, Rio selalu ingin menang.
Lantas apakah hidup dan dunia Rio hanya seputar balapan dan ambisinya untuk meraih kemenangan?
"Saya juga masih ingin seperti orang biasa. Tak hanya sibuk karier, tetapi juga ingin enjoy my life layaknya orang yang seumuran. Seperti remaja biasa. Namun, sayang enggak selalu ada waktu untuk itu," keluh mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis FTMS Global Singapore ini.
Rio mengaku tetap berusaha meluangkan waktu bersosialisasi bersama teman-temannya. ”Saya selalu berusaha bikin janji ketemuan dengan mereka, hang out ke mal atau menonton film,” ujarnya kali ini dengan nada suara sedikit riang.
Apakah juga bersama sang pacar?