"Ha-ha-ha, jangan tanya soal itulah," jawabnya sambil tertawa ringan.
Bicara soal menjadi tenar, terutama di dunia maya dan media sosial, Rio mengaku punya cerita unik saat tengah uji coba balap di Barcelona lalu. ”Seorang anggota tim hubungan masyarakat Formula 1 bilang, ’Wow, kamu punya banyak sekali penggemar, ya’,” ujar Rio.
Setiap kali orang itu mengunggah foto pebalap papan atas macam Lewis Hamilton, jumlah respons ”like” yang muncul paling mentok cuma 500-an.
"Tetapi kalau dia posting foto saya, yang nge-like mencapai paling sedikit 2.000 orang," ujar Rio.
Rio bilang kepada orang itu, hal seperti itu wajar karena populasi masyarakat Indonesia, terutama pengguna media sosial yang juga penggemarnya, sangat besar.
Rio mengaku bangga bisa mewakili Indonesia, negara berpopulasi lima besar di dunia, ketika beberapa negara berpopulasi besar macam Tiongkok dan Rusia, tak punya wakil pebalap di ajang Formula 1.
Hobi lain
Selain balapan, Rio juga hobi memasak. Biasanya hobi itu dia lakukan ketika berada di Eropa saat mengikuti berbagai turnamen balapan. Terkadang Rio mengaku bosan dengan menu katering yang disediakan timnya. Sesekali dia coba-coba memasak pasta, spageti, atau membuat ikan salmon panggang.
Sekali waktu dia juga memasak sayuran, nasi, dan ayam.
Apa saja bumbu rahasia andalan Anda?
"Ya, kadang cuma dikasih kecap asin saja. Saat latihan atau bertanding saya harus menjaga diet. Ikan salmon bagus untuk pemulihan otot setelah latihan keras," ujar Rio.
Diet Rio sangat ketat. Camilan kue atau makanan manis hanya boleh dikudapnya sepekan sekali. Kenaikan berat badan akan sangat berpengaruh terhadap waktu dan kecepatan balapnya.
Selain balapan, Rio juga gemar berolahraga luar ruang macam mendaki (hiking) atau menyelam. Ia mengenal hobi menyelam sejak usia 10 tahun dan sekarang sudah mengantongi lisensi penyelam tingkat lanjut.
"Saya pengin sekali ke Raja Ampat. Saya dengar tempatnya indah sekali. Selama ini baru pernah (menyelam) di Bunaken (Sulawesi Utara), Pulau Komodo (Nusa Tenggara), dan Lombok," ujar Rio menutup perbincangan.
Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi Minggu, 27 Maret 2016, di halaman 18 dengan judul yang sama.
Bagi yang belum berlangganan, silakan kunjungi http://kiosk.kompas.com. Harian Kompas juga bisa diakses via e-paper di http://epaper.kompas.com. Selain itu juga bisa dinikmati versi webnya di http://print.kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.