Adhan meraih emas dengan kemenangan 4-1. Dia mencuri poin melalui tendangan dan bantingan pada 15 detik sebelum dua menit ronde ketiga berakhir. Adhan membuang waktu tersisa dengan menghindari serangan Ye Kyaw Thu yang memburu poin di sisa waktu untuk mengembalikan keunggulan.
Kemenangan Adhan itu tidak diterima oleh Myanmar. Kubu tuan rumah protes kepada dewan juri karena Adhan dinilai dua kali keluar lingkaran gelanggang tanding untuk menghindari serangan lawan. Namun, wasit menyatakan Adhan masih di dalam lingkaran. Diputuskan tidak ada pemotongan nilai untuknya.
Protes Myanmar ditolak. Artinya, Adhan berhak atas medali emas. Namun, panitia SEA Games tidak menggelar upacara pemberian medali emas untuk Indonesia. Hingga kemarin malam, emas pencak silat dari Adhan bahkan tak dihitung dalam daftar perolehan medali Indonesia. Emas pencak silat tetap dihitung tiga, hasil dari nomor seni.
Atasi tekanan
Kemenangan Adhan atas Ye Kyaw Thu membuat kecewa ratusan pendukung tuan rumah yang memadati stadion. Mereka mendukung Ye Kyaw Thu dengan meneriakkan yel-yel ”Myanmar, Myanmar, Myanmar” diiringi tabuhan genderang dan lengkingan terompet.
"Saya sempat terganggu oleh pendukung tuan rumah. Saya berusaha bangkit dengan membayangkan kedua orangtua saya yang mendukung saya di pencak silat," ujar Adhan.
Mahasiswa semester VII Jurusan Prodi Olahraga Universitas Tadolako, Donggala, itu pun bangkit dan meraih emas pertamanya di SEA Games. Emas ini juga menjadi penentu Indonesia sebagai juara umum cabang pencak silat dengan empat emas, empat perak, dan tiga perunggu.
Setelah mampu mengatasi tekanan psikologis pendukung tuan rumah, Adhan bergerak lincah. Dia mengitari musuh, mencari celah untuk melepaskan tendangan dan pukulan. Jiwa petarung jalanan yang terasah saat Adhan masih di bangku sekolah menengah pertama dan atas membantunya di pertarungan resmi dengan aturan ketat ini. Ia berani menyerang dan memancing lawan untuk membuka pertahanan.
"Dulu saya nakal, suka berkelahi. Kemudian saya diajak oleh teman saya untuk belajar pencak silat. Dia bilang, daripada berkelahi mending disalurkan untuk berlatih pencak silat," ujar Adhan.
Gerakan silat yang lembut nan indah, tetapi bertenaga, membuat Adhan tertarik mempelajarinya. Tiga tahun lalu, saat masih kelas II SMA, Adhan mulai bergabung di perguruan silat Tadolaku. Ia langsung mempelajari disiplin pertarungan, bukan seni pencak silat seperti kebanyakan pemula.
"Saya lebih senang yang tarung karena sesuai dengan jiwa saya," ujarnya.
Petarung jalanan itu kini telah memiliki penyaluran energi dan emosi ke jalur prestasi. Ia bertekad terus mengasah kemampuan teknik dan tenaga supaya bisa terus mempersembahkan prestasi bagi Indonesia. (agung setyahadi, dari Naypyidaw, Myanmar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.