KOMPAS.com – Agha Riansyah Putranto adalah pebalap profesional motorcross, yang kini sedang asyik menggeluti dunia freestyle motorcross.
Padahal, kalau dari segi keselamatan menekuni freestyle motorcross punya risiko keselamatan yang tinggi karena melakukan banyak gerakan-gerakan berbahaya. Apa sebenarnya yang dia cari?
Pebalap berusia 26 tahun ini mengaku dapat kepuasan tersendiri ketika berhasil menaklukkan tantangan dalam freestyle motocross.
Menurut dia, ketika dirinya beratraksi freestyle motocross maka antusias penonton besar sekali. Feedback dari penonton ini kemudian membuat freestyle motocross jadi lebih seru.
"Ketika saya lepas tangan, mereka bertepuk tangan. Jadi saat melakukan freestyle motocross ada interaksi dengan penonton. Nah, atmosfir ini beda banget dengan balapan motocross yang lebih serius," ucap Agha dengan semangat, kepada Kompas.com, Selasa (15/5/2018).
Baca juga: "Freestyle Motocross", Olahraga Ekstrem yang Bukan Cuma Butuh Nyali
Hal senada dikatakan Zulmi Aristiawan. Kroser belia berusia 18 tahun ini terjun ke dunia freestyle motocross karena senang dengan atmosfer penontonnya.
Tidak hanya itu, menurut Zulmi, penonton memandang juga freestyle motocross lebih seru dari pada balapan biasa. Pasalnya, atraksi-atraksi berbahaya yang pebalap lakukan benar-benar mengundang decak kagum penonton.
"Pokoknya penoton itu memandang pebalap yang bisa freestyle motocross lebih wah dari pebalap biasa," tutur Zulmi dengan antusias.
Kuasai banyak gaya
Berangkat dari atmosfer freestyle motocross yang bikin ketagihan, Agha kemudian perlahan-lahan mulai mempelajari gaya-gaya freestyle motocross. Hasilnya dalam 3,5 tahun terakhir ia telah menguasai beberapa gaya.
Di antaranya adalah whip (memiringkan motor ke samping sewaktu jumping), dan no hand lander (sewaktu jumping, lepas tangan sambil berdiri di atas motor dan mendarat dengan posisi tangan tidak memegang stang).
Kemudian, high kicker (posisi kedua kaki di atas kemudi dan tangan menepuk kaki ketika jumping), cliff hanger (saat jumping berdiri di atas stang), lazy boy (tidur di atas motor dengan kaki di depan kemudi ketika jumping), dan masih banyak lagi.
Usai melewati handicap, ketika dalam posisi melayang di udara, Agha dengan cepat membelokkan tunggangan ke kiri dan melepasnya. Dia lalu jatuh bersama kuda besinya di atas matras berukuran besar.
"Tantangan ini susah karena melawan gravitasi bumi dan saya harus belok sambil miring di udara. Apalagi saya baru pertama mencoba. Meski begitu, dengan latihan serius saya bisa melewati tantangan ini dengan mulus," ujar Agha.
Sama seperti Agha, Zulmi berhasil pula menaklukkan handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX. Mereka mencoba tantangan tersebut dalam rangka pembuatan iklan atau TVC 76 Rider.
Baca juga: Kisah Pebalap 18 Tahun Taklukkan Quarter Pipe Ramp FMX
Untuk saat ini, Zulmi dan Agha berada dinaungan 76 Rider, yakni komunitas rider-rider terbaik di Indonesia yang bukan hanya bernyali, tapi punya prestasi di bidang masing-masing atau dikenal dengan #NyaliAjaNggaCukup.
Selain aktif dalam bidang freestyle motocross, baik Agha dan Zulmi juga ikut kejuaraan Trial Game 2018. Event tersebut merupakan kejuaraan balap berbasis motor trail.
Ada dua kategori balap pada kejuaraan tersebut, yaitu Trial Game Dirt (TGD) dengan trek balap tanah dan Trial Game Asphalt (TGA) yang menggunakan kombinasi trek tanah dan aspal. Kedua kroser ini pun ikut dalam TGD.
Bagaimana, tertarik mencoba freestyle motocross seperti Agha dan Zulmi?