KOMPAS.com – Kaget sekaligus tak percaya. Begitulah ekspresi perdana Khoiful Mukhib saat mengetahui dirinya mendapat bonus Rp 1,5 milliar usai merebut medali emas dari cabang olahraga ekstrem sepeda downhill di Asian Games 2018.
"Ya sangat senang dan kaya gak nyangka dapet bonus sebesar itu. Uang bonus ini akan saya gunakan untuk membuka usaha," tulis Mukhib lewat pesan Whatsapp kepada Kompas.com, Rabu (9/6/2018).
Anak pengrajin mebel dan pedagang sembako ini berhasil mendulang medali emas usai mencatatkan waktu tercepat di nomor balap sepeda downhill putera dengan raihan 2 menit 16,687 detik.
Dia unggul tipis dari atlet Taiwan Shenshan Chiang dan Thailand Suebsakun Sukchanya dengan selisih 1,497 detik dan 1,762 detik.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah memberikan bonus sebesar Rp 1,5 milliar, sebuah rumah dan pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) kepada atlet perseorangan yang meraih medali emas.
Selain Mukhib, Indonesia meraih pula 1 emas dan 1 perunggu dari nomor sepeda downhill puteri di cabang olahraga extreme sport ini.
Sama dengan Mukhib, atlet perseorangan peraih perak dan perunggu juga mendapat bonus, besarnya mencapai Rp 500 juta dan Rp 250 juta.
(BACA JUGA: INFOGRAFIK: Rincian Bonus bagi Atlet Peraih Medali Asian Games 2018)
Capain prestasi dan guyuran bonus yang pebalap sepeda downhill Indonesia terima di Asian Games pun membuktikan bahwa menekuni extreme sport bukan lagi sekadar hobi, tapi sudah menjadi profesi menjanjikan.
Kesempatan terbuka lebar
Di Indonesia kesempatan untuk menjadi atlet extreme sport seperti Khoiful Mukhib terbuka lebar. Pasalnya, ada banyak komunitas balap ekstrem yang mendukung hal itu terjadi. Salah satunya adalah 76 Rider.
Untuk diketahui 76 Rider adalah wadah komunitas untuk rider-rider terbaik di Indonesia yang bukan hanya bernyali, melainkan juga punya prestasi di bidang masing-masing.
Di dalam komunitas ada banyak kejuaraan extreme sport yang digelar secara rutin. Antara lain, kejuaraan balap sepeda downhill yang terdiri dari 76 Indonesian Downhill (76 IDH) dan 76 Indonesian Downhill Urban (versi ringan dari 76 IDH yang menyusuri jalur pedesaan).
Animo peserta yang mengikuti 4 kejuaraan ekstrem sport yang digelar 76 Rider pun begitu banyak. Doni, salah satu penanggung jawab konten live streaming keempat kompetisi ini mengatakan bahwa peserta TGA bisa mencapai 50-100 pebalap.
Adapun TGD bisa mencapai 20 peserta untuk kelas profesional dan jumlah itu akan meningkat pada kelas komunitas lokal. Sementara itu, jumlah peserta balap sepeda downhill tercatat lebih besar dari TGA dan TGD.
"Kalau kompetisi balap sepeda downhill, baik itu 76 IDH dan 76 IDH Urban pesertanya mencapai 200-an pebalap," kata dia, Senin (27/9/2018).
Tingginya animo masyarakat untuk mengikuti kejuaraan 76 IDH dibenarkan pula oleh Manager 76 Rider Downhill Team, Rudy Purnomo. Menurut dia, hal ini terlihat dari wajah-wajah baru yang muncul setiap kali seri 76 IDH digelar.
Berawal dari komunitas
Sebagai informasi, 76 IDH kali pertama berlangsung pada 2010. Event ini digelar untuk merespons animo komunitas Downhill Bike Indonesia (UKDI) yang aktif mengadakan balapan dengan dana swadaya.
Tak cuma menampung animo UKDI, 76 IDH diadakan untuk menarik minat peserta baru agar mengikuti kejuaraan. Tujuannya supaya proses regenerasi pebalap downhill nasional bisa berjalan dan berujung pada peningkatan prestasi atlet downhill Indonesia.
Pebalap asal 76 Rider Team ini telah mampu tampil sebagai juara umum pada beberapa kelas di 76 IDH. Antara lain adalah juara nasional 76 IDH kelas man sports (2010) dan juara nasional kelas man elite 76 IDH pada musim 2012, 2013, 2014 serta 2016.
Apa yang Mukhib raih di Asian Games dan 76 IDH membuktikan bahwa berkarier di dunia extreme sport di Indonesia adalah sesuatu yang memungkinkan dan bahkan menjanjikan.
Jalan untuk menggapainya juga sudah terbuka lebar berkat adanya komunitas extreme sport dan kejuaraan yang menyertainya.