Padahal, pelari dari sejumlah negara ikut dalam event ini karena mereka anggap bergengsi. Pelari-pelari itu berasal dari negara Amerika Serikat, Australia, Belanda, Kanada, Denmark, China, Perancis, Jerman, Jepang, Malaysia, Kenya, Puerto Riko, Singapura, dan Ukraina.
Di tengah tengah pembagian hadiah, salah seorang peserta asal Surabaya yang menolak memberi nama jelasnya, Ald, mengaku sangat kecewa dan terpukul atas ajang Lombok Marathon tesebut.
Dia berulang kali memaki-maki panitia dan Wakil Gubernur yang tengah membagikan hadiah bagi para pemenang.
"Pak... Bapak pejabat, aduh, kenapa Anda membiarkan ini terjadi, mana medalinya, mana janjinya, Bapak pejabat," ujarnya.
Ald kemudian ditenangkan oleh aparat kepolisian. Kapolres Mataram langsung turun tangan menenangkan peserta karena medali dilaporkan habis, tak kebagian.
Wakil Gubernur Muhammad Amin tak mau membiarkan kekacauan itu berlanjut.
"Sini, Pak, saya ingin kita bicara dengan kepala dingin. Saya juga kecewa, saya sudah minta ketua panitia bertangung jawab atas ini semua, akan kami selesaikan ya, Pak," kata Amin.
Polisi bertindak, panitia dan EO dipanggil Polda NTB
Kapolda NTB, Brigjen Polisi Firli, memerintahkan personel kepolisian menjaga peserta agar tetap tenang dengan pendekatan persuasif.
Firli juga memerintahkan penyidik Ditreskrimum Polda NTB bergerak cepat karena kekacauan tersebut menimbulkan dampak buruk bagi NTB dan semua peserta Lombok Marathon yang mencapai 5.000 orang.
"Akan kami tangani, tetapi nantilah apa kelanjutannya. Kami tangani ini, kami yang bukan panitia jadi terbawa-bawa karena masalah ini," ucapnya.
Salah seorang tim Lombok Marathon mengatakan bahwa Polda telah memanggil panitia dan EO dunia lari karena masalah itu.
"Saya tidak terlibat terlalu jauh, hanya mengurus acara, membantu kerja kawan-kawan, selebihnya saya tidak banyak tahu," katanya.
Kompas.com sempat bertemu dengan Ketua Panitia Bidang Lomba, Wibowo, yang kemudian mengelak dan menunjuk Frank, dari Dunia Lari. Frank memang ditunjuk menyiapkan medali untuk peserta Lombok Marathon.
Belum ada yang bisa dimintai penjelasan secara rinci soal medali yang terlambat dibagi. Hanya, mereka mengatakan medali dipesan di Singapura dan terlambat sampai ke Lombok.
Sebagian peserta mengaku heran dengan kerja panitia yang amburadul, mengingat event tersebut sempat ditunda, dari rencana bulan November, lantaran letusan Gunung Agung.
"Ini adalah pelajaran bagi kami, semua pihak, agar tidak mengulang kejadian semacam ini," kata Wagub NTB setelah membagikan hadiah bagi peserta dari luar negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.