Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chris John Turun Gunung...

Kompas.com - 25/11/2016, 19:36 WIB

Setelah masa jaya Chris berakhir, tinju tanah air terus berada dalam masa penantian akan lahirnya juara dunia baru. Satu-satunya petinju yang diharapkan mengikuti jejak Chris hanya Daud "Cino" Yordan.

Pria kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat, itu sempat merajai dua kelas berbeda, yakni kelas featherweight dan lightweight versi International Boxing Organization (IBO). Meski terbilang telat, di usia ke-29, Cino tengah berada di jalur menuju gelar juara dunia kelas ringan versi WBA setelah merebut sabuk juara kelas ringan WBA International dari petinju Argentina Cristian Rafael Coria di Uruguay, awal Juni lalu.

Setelah Cino, belum ada tanda-tanda akan datangnya juara baru dari Indonesia. Situasi ini mendorong Chris untuk turun gunung mengambil bagian secara langsung dalam mencari bibit-bibit muda melalui program IBC Kompas TV itu.

"Program ini dimulai dari kaca mata saya sebagai mantan pelaku atau petinju sehingga saya tahu bagaimana cara supaya semua petinju tersaring dan menemukan bakat-bakat terbaik," terang Chris yang memiliki total pertarungan sebanyak 52 kali dengan 48 kali menang dengan 22 dari antaranya menang KO, tiga kali seri dan sekali kalah.

Sebagai program pencarian bakat yang dikemas secara baru dan segar, acara ini didukung penuh oleh Komite Tinju Profesional Indonesia (KTPI) untuk memastikan standar keselamatan dan keamanan. Sasaran jangka panjang pun jelas, tidak hanya mencakup satu kelas saja dan hanya berakhir di layar televisi.

Niscaya, bila mendapat dukungan dari banyak sponsor dan para pihak terkait, Chris bercita-cita menjangkau semua kelas. Nantinya, para juara di ajang ini akan diorbitkan ke jenjang lebih tinggi, bahkan bukan tak mungkin hingga ke tingkat dunia.

Bagi Chris cara yang ditempuhnya itu merupakan langkah kecil untuk mencetak juara dunia baru. Sekaligus membuka keran mandeknya prestasi tinju tanah air yang disinyalir tersebab pola pembinaan yang kurang diperhatikan.

"Menurut saya, enggak ada pembinaan yang berkelanjutan. Era tinju kita turun naik. Kadang naik kadang turun. Kalau naik bisa temukan juara-juara. Kalau turun susah temukan petinju berprestasi. Padahal usia petinju enggak lama sebenarnya," tuturnya.

Menurutnya Indonesia masih menjadi lumbung petinju hebat. Sejauh ini bakat-bakat potensial dari wilayah Indonesia Timur belum dijaring sepenuhnya. Padahal, bila merunut sejarah, juara dunia pernah lahir dari wilayah tersebut.

"Saya pikir banyak sekali petinju. Kita belum menjangkau teman-teman di bagian Indonesia Timur. Saya yakin banyak talenta-talenta bagus di sana. Kita lihat sejarah. Ada Ellyas Pical. Kalau kita bisa menggali, memolesnya dan mengarahkan menjadi juara, saya yakin kesempatan itu terbuka," lanjutnya.

Dia berharap program yang tengah dibangun ini terus berjalan dan berumur panjang. IBC Kompas TV tak ubahnya oase di tengah iklim kompetisi dan pertandingan tinju di tanah air yang minim. Padahal, menurut Chris, salah satu prasyarat untuk mencetak juara dunia adalah pola pembinaan berkelanjutan dengan event pertandingan yang rutin dan terarah.

"Selain itu, perlu ada promotor atau manajemen (yang) bisa selalu aktif mengarahkan petinju ke jenjang yang lebih baik," ujar Chris.

CHARLES DM/GRAMEDIA.COM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Timnas Indonesia
Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Saat Philippe Troussier Tonton Langsung Indonesia Vs Guinea...

Timnas Indonesia
Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Indonesia Ikut Turnamen Toulon 2024, Gantikan Mesir, Segrup dengan Italia

Timnas Indonesia
Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Bali United Vs Persib Pindah Arena: Maung Tak Masalah, Ada Keuntungan

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Noda Rasialisme Usai Indonesia Vs Guinea: Tak Sehat, Citra Buruk di Mata Dunia

Timnas Indonesia
Persib Tatap Championship Series, Motivasi 'Tolak Kalah' dari Bobotoh

Persib Tatap Championship Series, Motivasi "Tolak Kalah" dari Bobotoh

Liga Indonesia
Jadwal Liga Inggris: Man United Vs Arsenal Akhir Pekan Ini

Jadwal Liga Inggris: Man United Vs Arsenal Akhir Pekan Ini

Liga Inggris
Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia
PSSI Kecam Aksi Rasialisme kepada Guinea, Jangan Nodai Perjuangan Timnas Indonesia

PSSI Kecam Aksi Rasialisme kepada Guinea, Jangan Nodai Perjuangan Timnas Indonesia

Internasional
Timnas U17 Putri Indonesia Petik Pelajaran Berharga, Semangat Tak Patah

Timnas U17 Putri Indonesia Petik Pelajaran Berharga, Semangat Tak Patah

Timnas Indonesia
Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Internasional
Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Timnas Indonesia
Guinea Masuk Grup 'Neraka' Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Guinea Masuk Grup "Neraka" Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com