Pukul 11.00, latihan berakhir. Seusai mandi dan berganti pakaian, Siman menyantap mi goreng yang dibawakan sang ibu.
Ditemani ibunda
Sejak bergabung di pelatnas tiga tahun lalu, Siman selalu ditemani ibunya. Ia merasa nyaman dengan sosok yang mendampinginya berlatih renang sejak usia delapan tahun itu.
Di kampung halamannya, Bali, Siman selalu diantar Karmini untuk berlatih. Mengendarai sepeda motor, Karmini mengantar Siman dari rumah mereka di Klungkung ke Denpasar yang berjarak tempuh 1,5 jam.
"Kami tak bisa berjauhan satu sama lain. Dia selalu kangen dengan saya," ujar Karmini. Siman pun tersenyum malu.
"Kalau ada mama enak. Aku bisa nyantai karena semua diatur mama," ujar Siman, tertawa.
Seusai melepas lelah setelah berlatih, Siman kembali menuju tempat tinggalnya di kawasan Salemba menaiki mobil Mazda 6 warna merah dengan nomor B 51 MAN. Mobil itu ia beli dengan uang bonus Pekan Olahraga Nasional 2012 ketika meraih 2 emas, 1 perak, 3 perunggu untuk Provinsi Riau.
Siman, Dennis, dan Alexis tinggal di tempat indekos yang umumnya ditempati orang-orang bekerja. Kamar mereka, yang masing-masing berukuran 4 m x 3 m, terletak di lantai 3.
Sejak 2013, perenang pelatnas tak lagi tinggal di Hotel Atlet Century Park, Senayan, yang biasanya menjadi markas tim pelatnas. Lokasi hotel terlalu jauh dengan tempat latihan, terutama ketika atlet harus berlatih beban di Pusat Kebugaran Kelapa Gading, Senin dan Jumat sore.
Seusai menghidupkan penyejuk ruangan, Siman merebahkan diri di tempat tidur. Ketika kantuk tak datang, meski lelah, ia biasanya memandangi koleksi action figure, seperti Superman dan Spiderman, yang berjajar rapi di salah satu meja.
Siman juga mengoleksi 12 pasang sepatu basket yang disimpan rapi di sebuah rak. Di antara sepatu yang semuanya berwarna cerah itu, terdapat sepasang sepatu berwarna ungu-hijau muda-kuning yang dia rancang sendiri kombinasi warnanya. Ada angka 89 di bagian lidah sepatu yang menandakan tanggal dan bulan kelahirannya.
"Saya senang warna-warna berani. Kalau enggak ngejreng, nanti enggak kelihatan dong he-he-he," kata atlet yang pernah mengecat pirang rambutnya itu.
Di samping rak sepatu, ada ratusan komik Jepang yang tertata rapi, di antaranya serial Blazer Drive karya Seishi Kishimoto dan One Piece milik Eiichiro Oda. "Baca itu paling enak untuk mengisi waktu luang," ujar atlet yang juga gemar main gitar itu.
Kamar Siman tergolong bersih dan rapi. Itu karena Karmini selalu menatanya ketika Siman tidur. Di dinding kamar ada beberapa tulisan utama tabloid olahraga tentang Siman yang dibingkai.
Lalu, di mana poster sang idola? "Saya sebenarnya ingin memasang poster Ryan Lochte. Tetapi, susah dapat poster yang bagus," ujarnya.
Untuk urusan makan, pengelola indekos menyediakan menu khusus buat Siman, Dennis, dan Alexis sesuai permintaan Albert. Menu makanan memperhatikan gizi, seperti protein nabati dan hewani yang dilengkapi sayuran dan buah-buahan.
Siang itu, Siman menyantap dengan lahap sepiring nasi putih dengan sup, ayam goreng, dan tahu-tempe. "Siman bukan tipe yang suka memilih-milih makanan. Apa pun yang disajikan pasti dihabiskan," ujar Karmini.
Meski terus-menerus "menempel" Siman, Karmini tahu diri ketika anak satu-satunya itu ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Apalagi, diam-diam Siman sudah memiliki "teman dekat" meski masih malu mengakuinya.
Waktu menunjukkan pukul 13.30. Siman bersiap istirahat ditemani ibunda yang tidur menggunakan kasur lipat.
Ketika jam meja berbunyi tepat pukul 15.00, Siman bersiap kembali untuk berlatih. Tak ada sedikit pun keraguan di wajahnya meski harus mengulang, mengulang, dan mengulang rutinitas berlatih. (
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : )https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.