Menurut Siga, Nadia ditargetkan bisa bersaing di level Asia Tenggara, tetapi mungkin belum bisa turun pada SEA Games Myanmar 2013. Sebagai gambaran, peraih medali emas SEA Games 2011 adalah Duong Thi Viet Anh (Vietnam) dengan loncatan 1,90 meter, diikuti peraih perak Wanida Boonwan (Thailand) dengan 1,87 meter, dan perunggu Pham Thi Diem (Vietnam) juga dengan loncatan 1,87 meter.
Cerita sukses seperti Nadia juga ingin diukir peloncat galah nasional asal Lampung Eko Wicaksono. Setelah mencatat waktu terbaik pribadi dengan 4,80 meter, peraih emas PON 2012 itu mencoba memecahkan rekor nasional Nunung Jayadi (4,90 meter; 5 Juli 1997).
Namun, ia tiga kali gagal dengan mistar 4,91 meter. ”Tenaga saya sudah habis ketika berusaha memecahkan rekor itu,” ujar Eko, yang total melakukan 12 kali loncatan.
Cerita fantastis lain muncul di estafet 4 x 200 meter. Di nomor itu, tim Jawa Timur dan Jawa Barat seperti berkejaran memecahkan rekor lama yang dipegang Jabar (1:48,02), tahun lalu. Di penyisihan, Jabar memecahkan rekor itu lebih dulu dengan 1 menit 47,04 detik (1:47,04).
Tampil di penyisihan kedua, Jatim mempertajam rekor itu dengan 1:46,82. Di final, mereka juara dengan rekor baru yang lebih dipertajam, 1:43,67. Menurut pelatih sprint Jatim Adam Wellerubun, keberhasilan timnya memperbaiki catatan waktu tak lepas dari masuknya dua pelari andalan mereka di final, yakni Sri Wahyuni dan Eka Cahya.
”Pada babak pertama, keduanya sengaja kami istirahatkan. Kebetulan Eka Cahya sedang flu sejak Kamis,” katanya.
Hingga hari ketiga, Jabar mengambil alih klasemen perolehan medali sementara dengan 10 emas, 10 perak, dan 2 perunggu (10-10-2), diikuti Jatim (8-7-9) dan DKI Jakarta (7-8-3).