Partai yang disaksikan sekitar 2.500 penonton di stadion itu dimenangi Aspac, 92-81. Kemenangan ini didapat dengan marjin kemenangan tertinggi dari tiga pertemuan di antara kedua tim pada musim ini. Pada Seri II di Jakarta, Januari, Satria Muda (SM) menang 68-65. Aspac kemudian membalas pada Seri III di Malang, Februari, dengan kemenangan 61-52.
”Sekalipun sudah diminta agar lebih tenang dalam pertandingan, tetapi karena memang suasananya ’panas’, teman-teman sempat terpancing pada kuarter pertama dan kedua,” tutur guard Aspac Fandi Andika Ramadhani.
Pada dua kuarter pertama, kedua tim bermain imbang. Kuarter pertama berakhir dengan skor 24-24, lalu 43-40 untuk keunggulan Aspac pada kuarter berikutnya.
Memasuki kuarter ketiga, SM mengambil alih pimpinan dengan 65-61. Namun, keunggulan empat angka ini tidak mampu dipertahankan Faizal J Achmad dan kawan-kawan. Apalagi, pemain-pemain Aspac semakin hidup dalam bermain.
Belum lagi dengan keluarnya small guard Arki Dikana Wisnu dan power forward Galank Gunawan karena akumulasi kesalahan personal di kubu SM. Di kubu Aspac, Xaverius Prawiro harus meninggalkan lapangan ketika permainan tinggal 3 menit 22 detik lagi.
”Tadi merupakan permainan paling menarik. Sayang, pemain belum mampu menampilkan permainan terbaik mereka. Belum lagi beberapa kesempatan lemparan bebas kami hilang begitu saja,” tutur pelatih SM Octaviarro Romely Tamtelahitu.
Sesuai catatan, dari 28 kali kesempatan lemparan bebas, hanya 17 lemparan yang menghasilkan angka bagi SM. Ini berbeda dari Aspac yang memperoleh 35 kesempatan, tetapi hanya gagal di tujuh lemparan.
Oki, begitu panggilan Octaviarro Romely Tamtelahitu, juga memuji permainan Ramadhani dari Aspac yang dalam laga tersebut menjadi pemain yang paling banyak menciptakan poin, yaitu 23 angka.
Pelatih Aspac Rastafari Horongbala mengatakan, keunggulan timnya diperoleh dalam dua kuarter terakhir. ”Itu pun karena mereka mendapat kesalahan tim terlalu awal. Akibatnya, kami mampu meraih beberapa poin dari lemparan bebas,” katanya.