NEW YORK, Kompas.com - Petenis Inggris Raya, Andy Murray, percaya hubungan buruk pelatih Ivan Lendl dengan Grand Slam AS Terbuka dapat membantunya 'membuka kunci' untuk mengangkat trofi grand slam pertamanya.
Murray mencapai perempat final kedelapannya secara berturut-turut di turnamen utama pada Senin (3/9/2012) atau Selasa WIB melalui kemenangan 6-4, 6-4, 6-2 atas petenis Kanada, Milos Raonic. Ini membuka peluang Murray untuk meneruskan perjuangannya mengakhiri paceklik gelar dari empat final grand slam yang sudah dicapai.
Peraih medali emas Olimpiade London 2012 ini ingin memanfaatkan pengalaman buruk sang pelatih. Lendl, yang mulai bekerja dengannya pada awal 2012, menelan kekalahan pada tiga final di New York dari 1982-1984 sampai mengunci tiga gelar berturut-turut pada 1985-1987.
Murray, unggulan ketiga grand slam lapangan keras ini, merupakan runner-up pada 2008 setelah di final kalah dari superstar Swiss, Roger Federer.
"Saya telah berbicara dengannya mengenai bermain di ajang-ajang besar, anda tahu, kalah dari pemain-pemain hebat di pertandingan-pertandingan besar. Ia telah melaluinya," kata Murray.
"Maka, ketika anda memiliki seseorang seperti itu di kubu anda, saya tidak merasa buruk mengenai kekalahan-kekalahan itu."
"Saya belajar banyak, contohnya, Australia tahun ini dibandingkan dengan setahun sebelumnya, dan juga Wimbledon tahun ini saya belajar lebih baik. Saya memainkan salah satu turnamen terbaikku di Olimpiade, yang pada masa lalu ketika saya melalui kekalahan-kekalahan berat yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya."
"Ia benar-benar membantu saya dengan hal itu. Memiliki seseorang seperti dia di kubu anda selalu membantu saat menghadapi situasi-situasi tersulit. Itulah yang terjadi ketika anda menginginkan mereka."
Sejauh ini, Murray hanya nyaris menjadi juara grand slam. Pemain nomor tiga dunia ini kalah di final Australia Terbuka 2010 dan 2011 dari Federer dan Novak Djokovic, kalah dari Federer di New York pada 2008, dan dari Federer lagi di Wimbledon pada musim panas ini.
Namun petenis 25 tahun ini berada dalam bentuk permainan yang bagus saat melawan Raonic, di mana ia menyelesaikan pertandingan hanya dalam waktu dua jam tanpa harus menghadapi break point.
"Saya bermain baik pada beberapa grand slam, dan sebagian ajang-ajang besar pada beberapa tahun terakhir. Itulah yang ingin saya lakukan di fase ini dalam karierku," ucapnya.
Bagaimanapun, Murray tidak terhanyut pada konsistensinya.
"Tidak mudah untuk membuat delapan perempat final berturut-turut. Roger melakukan sesuatu seperti 34 perempat final berturut-turut. Itu adalah rekor yang tidak dapat dipercaya. Namun saya gembira dengan jalan yang telah saya mainkan di grand slam."
Lawan Murray selanjutnya adalah Marin Cilic asal Kroasia, pemain yang dikalahkannya sebanyak enam kali dari tujuh pertemuan. Meskipun demikian, satu-satunya kekalahan itu dialami pada babak keempat AS Terbuka 2009. Jadi, Murray harus mewaspadainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.