Menurut ketentuan Al-Quran, umat Islam dapat terhindar dari kewajiban berpuasa jika mereka sakit atau sedang bepergian, sehingga para atlet yang mengunjungi London dapat menunda ritual mereka tanpa harus merasa bersalah.
Sejumlah kontingen melakukan konsultasi sebelum pergi ke London; sebagian negara bahkan mencoba mengganti jadwal pelaksanaan Ramadhan agar tidak bentrok dengan Olimpiade.
"Kontingen telah bertemu dengan mufti sebelum menuju London. Ia berkata bahwa mereka sedang melakukan perjalanan, dan Tuhan akan memfasilitasi segalanya untuk Anda," ucap pemimpin kontingen Mesir, Aladdin Jabar.
"Ia memberi mereka izin untuk makan. Dan sekarang semuanya terserah pada para atlet."
Hassan Rifaat, koordinator umum Uni Emirat Arab, mengatakan, setiap anggota tim diberi kesempatan untuk menentukan apakah mereka akan berpuasa atau tidak.
"Ada beberapa atlet yang berpuasa, dan sebagian lainnya memutuskan tidak berpuasa. Tidak ada instruksi resmi dari Komite Olimpiade Emirat tentang hal itu," ucapnya.
"Semua atlet melakukan apa yang nyaman dengannya. Itu tergantung kondisi mereka."
Atlet layar pertama Mesir, Ahmed Habash, menuturkan permasalahan puasa bagi dirinya adalah karena di negaranya, Matahari terbenam pada pukul 7 malam.
"Sementara di Inggris, Matahari terbenam pada pukul 9 malam. Sepanjang lomba, saya tidak akan berpuasa," ucapnya.
Para atlet Muslim juga disediakan buku bacaan doa, ruang untuk shalat, dan makanan halal di perkampungan atlet.
"Panitia Olimpiade tahu ini adalah bulan Ramadhan, dan mereka mempersiapkan segalanya untuk itu. Mereka bahkan menyediakan makanan halal," kata Habash.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.