Mereka bermain dengan ”gaya lama”, menantang lawan untuk terus menggedor lewat smes dengan terus mengangkat bola ke belakang. Ternyata taktik itu berjalan baik. Hendra/Alvent kian memperpendek jarak, 16-19, 16-20, 18-20. ”Mereka mengubah taktik dan itu sempat membuat kami bingung,” kata Conrad Petersen yang baru kali ini mencicipi kejuaraan dunia.
Hanya saja, permainan bulu tangkis yang menganut skor reli poin berlaku kejam pada sebuah ketidaksempurnaan. Bermain ”di atas angin”, satu clear shot lurus Alvent jatuh tipis di luar garis. Pasangan Denmark pun merebut angka pamungkas yang mereka perlukan.
Hendra dan Alvent merupakan pasangan lama saat keduanya baru menembus pelatnas Cipayung 10 tahun silam. Namun, setahun kemudian, Alvent disandingkan dengan Luluk Hadiyanto dan keduanya sempat menjadi ganda putra nomor satu dunia.
Alvent dan Hendra kembali bergandeng tangan tiga tahun silam ketika keduanya tak lagi masuk dalam skuad pelatnas.
Hasil mengecewakan terjadi di nomor tunggal putra. Wakil terakhir Indonesia, Simon Santoso, gagal melanjutkan kiprah setelah dikalahkan pemain Demark, Peter Gade, 18-21, 21-14, 14-21. Pada pertandingan itu, Simon kalah pengalaman.
Unggulan utama dari Malaysia, Lee Chong Wei, tak menemui kesulitan untuk melaju ke babak perempat final. Pemain yang belum pernah meraih gelar juara dunia ini menghentikan perlawanan pemain Korea Selatan, Park Sung Hwan, 21-10, 21-5.
Di babak selanjutnya, Chong Wei akan menghadapi pemenang pertandingan antara dua pemain non-unggulan, yakni Kevin Cordon dari Guatemala dan Pablo Abian dari Spanyol. Sampai berita ini diturunkan, keduanya masih bertanding.
Hasil positif didapat unggulan kedua asal China, Lin Dan. Juara Olimpiade 2008 Beijing ini mengatasi permainan pemain veteran Korea Selatan, Lee Hyun Ill, 21-16, 21-13. Lin Dan selanjutnya menghadapi pemain Jepang, Sho Sasaki, pemain yang mengalahkannya di turnamen Indonesia Open.