"Awalnya, atlet itu akan merasa tertekan karena harus mengikuti segala peraturan yang berlaku. Akan tetapi bila kita berhasil mendekati, mengarahkan dan mengajaknya mengikuti peraturan itu, rasanya sungguh menyenangkan."
"Lalu, biasanya ketika dia kangen sama orang tuanya, dia tidak peduli lagi dengan (kesempatan) pergi ke Athena. Dia akan lebih memilih untuk pulang bertemu orang tua. Sebagai pelatih, itu menjadi tantangan untuk kita. bagaimana cara mendekati dan meredakan emosinya."
Setelah mengikuti pelatnas bersama SOIna, diharapkan para atlet itu bisa membawa kebiasaannya untuk bersikap mandiri di rumah. Sisi emosionalnya bisa ditekan sehingga segala kemauannya tidak harus dipaksakan untuk dituruti. Kemandirian dan kepercayaan diri mereka pun bisa berkembang dengan baik.
Salah satu tantangan terbesar dalam membina para penyandang cacat tunagrahita adalah untuk mengubah pola pikir orang tua mereka. "Memang benar, untuk menghadapi anak dan keluarga, lebih berat bagi kita untuk menghadapi keluarganya," tutur Tri Ningsih kembali.
"Dalam diri orang tua, ada banyak rasa tidak tega, malu, serta kadang mereka mencoba untuk menyembunyikan hal yang sebenarnya terjadi. Kadang hal itu menjadi kendala. Tapi, kami menyampaikan pada mereka bahwa dalam proses pembinaan seorang atlet di Olimpiade, yang paling penting sebenarnya adalah keluarga."
"Mereka tidak akan bisa berkembang lebih baik lagi kalau keluarganya sendiri tidak mendukung. Selain memberi masukan itu, kita juga memberi bukti kepada pada orangtua berupa prestasi-prestasi yang telah dicapai (penyandang cacat tunagrahita) di bidang olahraga dan lainnya."
"Hal itu memang membutuhkan proses panjang, tapi dengan ketelatenan dan keuletan, kita berusaha jangan sampai untuk putus asa. Karena kita ini kan volunteer, jadi kita harus menguatkan diri sendiri dahulu, baru setelah itu bisa mengajak orang lain. Bila diri sendiri niatnya tidak kuat, bagaimana bisa mengajak orang lain."
Keluarga, memang tidak seharusnya malu dengan kenyataan yang menimpa anaknya sebagai penyandang cacat tunagrahita. Mereka seharusnya bangga, bisa menjadi lingkaran terdekat yang akan menolong sang anak untuk memotivasi diri agar menjadi lebih baik lagi dan bahkan memiliki kesempatan untuk menelurkan prestasi di Olimpiade. Bila mereka tidak bisa menang, setidaknya buatlah mereka berani untuk mencoba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.