Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Menit Mengubah Nasib Supangat...

Kompas.com - 10/08/2009, 05:54 WIB

KOMPAS.com - Pagi itu, Selasa (4/8), hanyalah salah satu hari kerja yang rutin dijalani Supangat (46), masinis KRL Ekonomi 549 Jakarta-Bogor. Selasa pukul 10.19, terlambat delapan menit dari jadwal seharusnya, masinis yang telah mengabdi sejak tahun 1985 itu mengarahkan rangkaian gerbong KRL Ekonomi 549 dari Bogor menuju Jakarta.

Di Stasiun Bogor, KRL Pakuan Express 221 masih antre menunggu. Tepat pukul 10.22, KRL AC yang memiliki rute pelayanan sama dengan KRL Ekonomi 549 ini kemudian menyusul meninggalkan stasiun, molor tiga menit dari jadwal resmi.

KRL Ekonomi 549 belum lama berjalan ketika tiba-tiba terhenti pada menit ke 10.25 tepat di Kampung Bubulak, RT 002 RW 02, Kelurahan Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kota Bogor.

”Saya kaget karena melihat brake pipe atau indikator rem tiba-tiba menunjuk angka nol. Normalnya, menunjuk angka lima. Padahal, saya juga tidak menarik tuas rem,” kata Supangat saat dimintai keterangan oleh jajaran petinggi PT Kereta Api Daerah Operasi I Jabodetabek di Jakarta, beberapa jam setelah tabrakan.

Menyadari kemungkinan keretanya mogok atau ada tangan jahil yang menarik rem bahaya di gerbong penumpang, Supangat segera mengaktifkan tombol parking break (semacam rem tangan pada mobil) untuk memastikan KRL berhenti dengan aman.

Ia pun segera melompat turun dari kabin masinis dan memasang stop block di roda kereta. Tindakan ini untuk mencegah KA tergelincir dan memastikan KA tetap pada posisinya. Langkah-langkah yang dilakukan Supangat sesuai dengan buku panduan masinis.

Kembali ke kabin masinis, seperti diungkapkan Supangat saat diperiksa di Markas Kepolisian Sektor Kota Bogor, ia berusaha melaporkan kondisinya ke petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) dengan menggunakan handy talkie (HT), tetapi tidak bisa tersambung.

Menurutnya, ia baru akan menghubungi petugas PPKA Stasiun Bogor dengan telepon genggam ketika KRL Pakuan Express 221 menabrak KRL-nya tepat pukul 10.28.

Namun, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Bogor Ajun Komisaris Irwansyah menyatakan, pernyataan Supangat bertolak belakang dengan petugas PPKA Stasiun Bogor. Supangat memang memasang stop block, tetapi tidak terbukti melaporkan kondisinya ke PPKA.

”Dari rekaman percakapan komunikasi dan perjalanan KRL KA 549, tidak terekam suara Supangat yang melapor ke PPKA mengenai KRL yang mogok tersebut. Supangat hanya turun dari kabin masinis lalu memasang stop block,” kata Irwasnyah.

Dengan demikian, Supangat dianggap telah melanggar Pasal 356 dan 360 KUHP juncto Pasal 206 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Inti dari pasal-pasal tersebut adalah pelanggaran hukum karena seseorang melakukan kelalaian yang menyebabkan orang lain terluka atau meninggal dunia. Pelanggarnya diancam hukuman penjara lima tahun. Supangat sekarang masih ditahan di Polres Kota Bogor.

Polisi juga masih mengincar masinis KRL Pakuan Express 221, Ujas (45). Ujas diduga melanggar sinyal merah, sinyal yang menandakan jalur itu masih terisi KA lain sehingga tidak bisa dilewati.

Ujas sepertinya tinggal menunggu waktu untuk mendapat predikat tersangka menyusul rekannya, Supangat. Ujas kini masih dirawat di RS PMI Bogor karena menderita luka-luka akibat terjepit di kabin masinis saat kecelakaan terjadi. Peristiwa yang sama merenggut nyawa asistennya, Akbar Felani (23).

Tidak logis

Berita ditetapkannya Supangat menjadi tersangka kasus kecelakaan KRL Ekonomi 549 dan KRL Pakuan Express 221 cepat tersebar di kalangan masinis. ”Benar, sama sekali tidak menyangka. Supangat yang ditabrak kok bisa jadi dia yang disalahkan?” kata seorang rekan Supangat yang meminta disebut sebagai Abah (47).

Abah adalah masinis KRL ekonomi. Ia kerap mendapat tugas membawa rangkaian KRL jurusan Stasiun Kota-Bogor atau Stasiun Kota-Bekasi. ”Saya yakin, saat keretanya tiba-tiba terhenti, Supangat pasti bingung. Sudah amat bagus ia bisa langsung pasang rem tangan terus stop block. Ibaratnya, dalam tiga menit itu, kalaupun Supangat bisa menghubungi PPKA Bogor, KRL Pakuan tetap akan menghajarnya. Itu terlalu pendek jaraknya, pasti ada sebab lain, jangan cuma menyalahkan orang saja,” kata Abah.

Kepala Humas PT KA Daerah Operasi I Jabodetabek Sugeng Priyono menambahkan, dalam data PT KA, Supangat menjabat sebagai masinis senior. Setelah menyelesaikan pendidikan masinis pada 1985, Supangat sempat menjadi asisten masinis sebelum akhirnya mengomandoi sendiri keretanya. ”Sejauh yang saya tahu, dia profesional dan berpengalaman,” kata Sugeng.

Rasa khawatir juga merebak di kalangan masinis karena nasib yang sama sangat mungkin menimpa mereka. ”Awalnya, kita merasa terpilih karena bisa jadi masinis, bukan sekadar pegawai di stasiun. Ada rasa bangga ketika membawa ratusan penumpang dan mengantar mereka ke tujuan dengan selamat. Apalagi banyak yang bilang kereta itu lebih cepat dan lebih murah. Senangnya bisa memegang tanggung jawab ini dan menolong orang,” kata Rahmat, teman Abah.

Akan tetapi, kata Rahmat, jangan harap mendapat penghargaan setimpal. Dari gaji saja, jumlahnya relatif kecil jika dibandingkan dengan masa kerja yang sudah mencapai puluhan tahun. Seorang masinis senior setiap bulan mendapat Rp 5 juta-Rp 6 juta. Masinis junior, gajinya sekitar Rp 3 juta-Rp 3,5 juta saja.

Nyonya Tuti, istri seorang masinis yang tinggal tak jauh dari tempat istri dan anak-anak Supangat menetap, yaitu di kawasan Citayam di sekitar Stasiun Depok, mengatakan, masinis adalah tulang punggung keluarga. Akan tetapi, gaji masinis memang tidak pernah mencukupi. Ny Tuti dan istri-istri masinis lainnya, terpaksa membagi dua rumah sempitnya agar bisa disewakan. Itu demi mendapat tambahan uang untuk sekolah anak dan menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Istri-istri masinis juga menyadari bahwa posisi suami mereka sama, yaitu kerap menjadi kambing hitam setiap kali terjadi kecelakaan kereta. Untuk itu, mereka meminta manajemen PT KA dan penegak hukum bisa mengupas lebih dalam pokok persoalan di balik kecelakaan KA. Jangan sampai nasib masinis seperti Supangat dengan mudahnya dibalik 180 derajat hanya dalam tiga menit.

”Apalagi, kalau kecurigaan kami benar, masinis ditetapkan jadi tersangka hanya sebagai cara agar kasus kecelakaan dapat segera ditutup, dianggap selesai,” kata Abah. (RTS/RYO/NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Timnas Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade Digelar Tertutup

Alasan Timnas Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade Digelar Tertutup

Timnas Indonesia
Hasil Uber Cup 2024: Ribka/Lanny Kalah 2 Gim Langsung, Indonesia 2-2 Korsel

Hasil Uber Cup 2024: Ribka/Lanny Kalah 2 Gim Langsung, Indonesia 2-2 Korsel

Badminton
Jadwal Championship Series, Agenda Persiapan Panjang Persib

Jadwal Championship Series, Agenda Persiapan Panjang Persib

Liga Indonesia
Hasil Piala Uber 2024: Ester Berjaya via Tiga Gim, Indonesia 2-1 Korsel

Hasil Piala Uber 2024: Ester Berjaya via Tiga Gim, Indonesia 2-1 Korsel

Badminton
Reus Pergi dari Dortmund, Bukti Pengabdian 12 Tahun Hadirkan Cinta Besar

Reus Pergi dari Dortmund, Bukti Pengabdian 12 Tahun Hadirkan Cinta Besar

Liga Lain
Thiago Silva Tinggalkan Chelsea, Pulang Kampung ke Fluminense

Thiago Silva Tinggalkan Chelsea, Pulang Kampung ke Fluminense

Internasional
Girona Bidik Kemenangan Kandang Pertama Atas Barcelona

Girona Bidik Kemenangan Kandang Pertama Atas Barcelona

Liga Spanyol
Apriyani/Siti Kalah Dua Gim Langsung, Indonesia 1-1 Korsel

Apriyani/Siti Kalah Dua Gim Langsung, Indonesia 1-1 Korsel

Badminton
Kata Klopp soal Mo Salah Usai Ribut-ribut di Pinggir Lapangan

Kata Klopp soal Mo Salah Usai Ribut-ribut di Pinggir Lapangan

Liga Inggris
Hasil Piala Uber 2024: Gregoria Menang Dua Gim Langsung, Indonesia 1-0 Korsel

Hasil Piala Uber 2024: Gregoria Menang Dua Gim Langsung, Indonesia 1-0 Korsel

Badminton
Timnas Indonesia Langsung ke Perancis, Bersiap Lawan Guinea demi Mimpi Olimpiade

Timnas Indonesia Langsung ke Perancis, Bersiap Lawan Guinea demi Mimpi Olimpiade

Timnas Indonesia
Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Kiper Pahlawan Tepis Penalti di Injury Time

Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Kiper Pahlawan Tepis Penalti di Injury Time

Internasional
Milan dan Bayern Gigit Jari, De Zerbi Komitmen di Brighton

Milan dan Bayern Gigit Jari, De Zerbi Komitmen di Brighton

Liga Inggris
Rencana Persib Bidik Pemain Timnas U23 Indonesia

Rencana Persib Bidik Pemain Timnas U23 Indonesia

Liga Indonesia
Elkan Baggott dan Alfeandra Dewangga, Opsi untuk Laga Kontra Guinea

Elkan Baggott dan Alfeandra Dewangga, Opsi untuk Laga Kontra Guinea

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com