MILAN, KOMPAS.com — Tekad Ferrari untuk mundur dari balapan Formula 1 (F1) pada musim mendatang sudah sangat bulat. Budget cap yang dilontarkan Presiden FIA Max Mosley menjadi pemicunya karena manajemen "Kuda Jingkrak" menilai aturan itu akan memunculkan two-tier series alias balapan dua tingkat dengan aturan yang berbeda pula.
Ya, dengan adanya budget cap, maka tim yang setuju akan mendapatkan sejumlah kemudahan, sedangkan yang menolak akan "dianaktirikan". Artinya, ada dua aturan untuk satu balapan yang sama.
Ferrari yang sudah 60 tahun ambil bagian di F1 sangat tidak setuju dengan hal tersebut karena akan terjadi standar ganda. Padahal, dalam sebuah olahraga, aturan yang sama harus diterapkan kepada semua peserta.
"Aturan yang sama bagi semua tim, stabilitas regulasi, kelanjutan upaya FOTA secara metodologis dan progresif untuk mengurangi biaya, serta pengaturan yang baik untuk F1 adalah prioritas masa depan. Jika prinsip-prinsip yang tak tergantikan ini tidak dihormati dan bila regulasi yang diadopsi pada 2010 tidak berubah, Ferrari tak berniat mengikutsertakan mobilnya pada musim depan," demikian pernyataan Ferrari setelah manajemen mengadakan pertemuan di Maranello, Selasa (12/5) waktu setempat.
Sadar bahwa keputusannya pasti menyisakan rasa sedih di hati para penggemarnya, kubu "Scuderia" langsung mengeluarkan pernyataan maaf. Mereka meminta para fans mengerti dengan "pilihan menyedihkan" itu karena mundur mungkin menjadi langkah terbaik untuk menegakkan sportivitas F1.
Sebenarnya, budget cap yang digagas Mosley adalah untuk memotong anggaran biaya semua tim F1 bahwa dana yang diperbolehkan hanya 40 juta poundsterling (sekitar Rp 627,870 miliar). Nilai tersebut di luar biaya mesin, pemasaran, hospitality, gaji pebalap, denda, dan penalti yang dijatuhkan FIA.
Namun, bagi tim-tim pabrikan yang memiliki dana "tak terbatas", aturan itu tentu saja membatasi ruang geraknya. Karena itu, wajar jika mereka "memberontak", seperti yang diutarakan mantan bos Ferrari, Eddie Jordan.
Menurutnya, aturan baru tersebut bakal mencegah Ferrari untuk kembali ke puncak kejayaannya setelah pada awal musim ini menuai hasil sangat tidak memuaskan, bahkan terburuk sepanjang sejarahnya. Dari lima seri yang telah dilakoni, Ferrari baru mengumpulkan enam poin, jauh tertinggal dari tim debutan, Brawn GP, yang kini memimpin klasemen konstruktor dengan total 68 poin.
Dengan adanya pembatasan biaya, Ferrari pasti sulit mengembangkan teknologi yang paling mutakhir agar musim depan mereka tidak terseok-seok seperti sekarang. Padahal, tim yang bermarkas di Maranello tersebut adalah yang tersukses di F1 karena 15 kali menempatkan pebalap jadi juara dunia dan 16 kali menjadi juara konstruktor. Kimi Raikkonen adalah pebalap terakhir Ferrari yang menjadi juara dunia pada tahun 2007.
Ferrari adalah salah satu tim F1 terkaya. Pada kuarter pertama 2009, dilaporkan omzet mereka mencapai 600 juta dollar AS (sekitar Rp 6,213 triliun) dan keuntungan penjualannya 73 juta dollar AS (sekitar Rp 755,886 miliar). Nah, dengan kondisi keuangan yang sangat sehat, Ferrari pasti tak terpengaruh dengan krisis ekonomi global yang masih melanda dunia.