Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Penyandang Cacat Pukau Penonton di GKJ

Kompas.com - 16/08/2008, 21:24 WIB

Laporan wartawan Kompas.com Inggried Dwi Wedhaswary

JAKARTA, SABTU - Keterbatasan fisik, ternyata tak serta merta membuat para penyandang cacat baik tuna netra, tuna rungu, tuna daksa dan tuna grahita berdiam diri. Justru, keterbatasan fisik itulah yang mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang di luar perkiraan banyak orang.

Termasuk dalam Pagelaran Khidmat Kilas Proklamasi yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Sabtu (16/8) malam ini. Sejumlah tarian diperagakan oleh para penyandang cacat. Salah satunya tari payung yang ditarikan oleh dua orang tuna daksa dan dua tuna rungu. Dua gadis manis dengan balutan baju merah khas minang, dengan gemulai menarikan tari payung, lengkap dengan kursi roda mereka. Sementara, dua orang remaja laki-laki, dengan baju dominan biru turut menyempurnakan tarian tersebut dengan gerakannya yang kompak.

Para tuna netra yang turut menaripun tak sulit menyesuaikan gerakan, meski mereka tak bisa melihat. Iringan musik tarian dilakukan oleh para tuna netra yang di antaranya memainkan alat musik berupa kibor, gitar, dan bas. Aksi mereka ini mengundang decak kagum, dan tak henti-hentinya tepuk tangan terlayang bagi mereka.

Selain tari payung, para penyandang cacat juga menarikan tarian daerah lainnya seperti tari piring, tari pukat, dan saman. Decak kagum penonton tampaknya belum akan berhenti. Sebab, pagelaran dalam rangka memeriahkan peringatan HUT RI ke-63 ini juga akan diisi berbagai tarian lainnya mulai dari Aceh hingga Papua.

Sebelumnya, dalam sambutan saat membuka acara ini, Meneg Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mengatakan, para penyandang cacat ini telah memberikan kontribusi mengharumkan nama Indonesia hingga ke dunia. Beberapa kali, mereka telah melakukan pementasan pada berbagai acara berskala internasional.

Menurut Meutia, potensi yang dimiliki oleh para penyandang cacat perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat. "Mereka memang memiliki keterbatasan fisik, namun bisa terus berkarya bagi Indonesia. Momentum ini harus kita lanjutkan, untuk memacu semangat mereka. Kita juga tidak melihat mereka sebagai orang yang harus dikasihani, tapi diberi kesempatan sebagai warga negara. Dengan begitu, mereka bisa mandiri," demikian Meutia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com