Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tertarik Ultramaraton, Waspadai 4 Cedera Ini

TABANAN, KOMPAS.com - Ibnu Rizal masih bersimbah peluh.

Pada Minggu (28/7/2019) siang yang terik itu, pria yang bakal berulang tahun pada 30 Juni ini baru saja mendapat medali.

Ibnu berhasil menyelesaikan finish pada lari ultramaraton sepanjang 157 kilometer dari Taman Lumintang Kota Denpasar menuju garis akhir di SOS Children's Villages Tabanan di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

Lari ultramaraton adalah olahraga lari dengan jarak tempuh di atas 42,195 kilometer.

Lari maraton memang sohor dengan jarak tempuh 42,195 kilometer.

Ibnu, adalah satu dari 300 pelari ultramaraton yang ikut ambil bagian dalam pencarian donasi bagi lembaga swadaya SOS Children's Villages Indonesia.

Kegiatan itu bertajuk Run To Care (RTC) 2019.

RTC 2019 diselenggarakan mulai Jumat (26/7/2019) sampai dengan Minggu (28/7/2019).

"Lari ultramaraton itu banyak tantangannya," ujarnya.

300 pelari

 

RTC bukanlah yang pertama bagi penyelenggara.

Pasalnya, pada 2017, RTC, kali pertama dilaksanakan dengan tempuhan jarak 150 kilometer.

Jarak sejauh itu adalah yang harus dilahap para pelari mulai dari Cibubur di Jakarta dan Lembang di Kabupaten Bandung.

Lantas, pada 2018, RTC dengan jarak sama, 150 kilometer, digelar mulai dari Yogyakarta sampai dengan Semarang.

Tahun ini, bendera start RTC dikibarkan di Lapangan Lumintang, Denpasar Bali.

Pada akhirnya, bendera finish akan dikibarkan di SOS Children's Bali yang terletak di Desa Bantas Salemadeg, Tabanan.

Sebanyak 300 pelari pelari akan melalui rute Baturiti, Singaraja, Lovina, dan Pupuan.

Mental

Menurut hemat Ibnu, untuk berlari ultramaraton, seseorang membutuhkan mental yang kuat.

Tentunya, kekuatan fisik juga menjadi penting.

"Jaraknya kan jauh sekali. Itu bisa bikin kelelahan yang sangat atau juga cedera," ujar Ibnu yang pada RTC 2019 menjadi satu dari enam pelari yang mewakili perusahaan asuransi FWD.

FWD adalah salah satu sponsor besar pada perhelatan RTC 2019.

Bicara soal cedera, Ibnu yang berasal dari komunitas Ciputat Runners ini menyebut sedikitnya 4 cedera yang patut diwaspadai oleh pelari.

"Ceder bisa terjadi karena pemanasan tidak maksimal," imbuh Ibnu yang juga menyukai olahraga bersepeda jalanan ini.

Pertama adalah blister.

"Blister adalah kondisi kulit telapak kaki pelari mengelupas," tuturnya.

Bagi sebagian orang, apalagi pemula, blister sangat membuat semangat jatuh.

"Soalnya, blister kan bikin sakit dan kadang bisa bikin pelari enggak bisa jalan," katanya.

Cedera kedua adalah cedera pinggang.

Sementara, cedera ketiga adalah cedera punggung.

Biasanya, pelari ultramaraton membawa tas yang disandangkan di punggungnya.

Apabila beban tas itu berat dan permukaannya kasar, bisa terjadi gesekan antara tas dan punggung.

"Itu juga bisa menjadi penyebab cedera," tuturnya.

Yang keempat adalah kram di bagian kaki.

"Ini sih cedera yang lazim karena otot-otot kaki bekerja keras selama berlari ultramaraton," kata Ibnu.

Sementara itu, pada ajang penutupan RTC 2019 tersebut, para pelari diajak untuk berpartisipasi kembali pada RTC setahun ke depan.

Mengusung tema #TogetherforChildren, SOS Children's Villages mengajak masyarakat Indonesia berkontribusi langsung bagi 5.500 anak yang berada di Banda Aceh, Meulaboh, Medan, Jakarta, Bogor, Lembang, Semarang, Yogyakarta, Bali, dan Flores.

https://olahraga.kompas.com/read/2019/07/29/20254888/tertarik-ultramaraton-waspadai-4-cedera-ini

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke