Biasanya, wasit dan hakim garis yang bertugas hanya mengenakan kemeja lengan pendek.
Namun, khusus untuk babak semifinal dan final, mereka diminta memakai batik dan lurik.
Pada semifinal hari ini, Sabtu (20/7/2019), wasit tampak mengenakan kemeja batik merah lengan panjang. Sementara itu, hakim garis memakai lurik dan blangkon berwarna biru.
Menurut Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI, Bambang Rudyanto, kebiasaan ini sebetulnya sudah dilakukan oleh panitia Indonesia Open sejak 4 tahun lalu.
Ide tersebut dicetuskan langsung oleh Rudy, sapaan akrab Bambang Rudyanto, dengan tujuan memperkenalkan kebudayaan dan kesenian Indonesia.
"Ini bukan kali pertama wasit dan hakim garis Indonesia Open memakai baju tradisional. Dulu, hakim garis pernah pakai udeng (ikat kepala khas Bali)," ujar Rudy saat ditemui Kompas.com pada sela turnamen.
"Batik tidak jadi masalah dan dapat diterima. Tetapi, wasit tidak boleh memakai topi atau penutup kepala seperti hakim garis karena takut mengganggu pandangan," tutur dia.
Menurut Rudy, pada beberapa tahun lalu, pihak BWF awalnya sempat menentang idenya terkait pemakaian batik untuk wasit.
Namun, setelah dilakukan negosiasi, BWF akhirnya memberikan izin kepada panitia.
Menurut Rudy, wasit-wasit asing yang bertugas pun merasa senang dengan adanya pakaian batik ini.
Pakaian batik tersebut seolah menjadi kenang-kenangan buat mereka selama bertugas di Indonesia Open.
"Mereka sudah tahu, kalau ke sini pasti dapat batik. Mereka senang sekali dapat oleh-oleh batik," tutur Rudy.
"Cuma Indonesia saja yang menerapkan hal seperti ini. Turnamen lain di dunia enggak seperti ini. Kami memang ingin mengubah tradisi biar seru."
Untuk semifinal, wasit menggunakan kemeja batik merah yang melambangkan warna kebesaran Djarum Foundation.
Adapun untuk final besok, wasit bakal memakai baju batik biru yang mewakili warna Blibli.com sebagai sponsor utama Indonesia Open 2019.
https://olahraga.kompas.com/read/2019/07/20/15410008/wasit-dan-hakim-garis-indonesia-open-2019-pakai-baju-tradisional-jawa