Holzken, yang kini berusia 34 tahun, dijadwalkan melakoni debut ONE Championship-nya dalam sebuah laga tambahan bertajuk ONE Super Series World Champion melawan Cosmo Alexandre (Brasil).
Menjelang pertarungannya, Holzken pun bercerita mengenai latar belakang karier hingga masa kecilnya yang penuh dengan persoalan.
"Saya pernah menjadi anak bermasalah. Saya dikeluarkan dari sekolah saat berusia 9 tahun. Saya harus pindah ke sekolah lain. Saya tidak menikmati masa sekolah itu," ujar Holzken dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
"Saya cukup pandai, tetapi saya tidak mau belajar. Jika dapat melakukannya kembali, saya akan melakukannya dengan berbeda," tutur dia melanjutkan.
Selain itu, Holzken juga dibesarkan dalam suasana keluarga yang tak harmonis.
Orang tua Holzken berpisah dan dia hanya dapat berhubungan dengan keluarga sang ayah.
Kendati demikian, pengalaman kelamnya itu justru membuat Holzken menjadi sosok yang kuat.
Holzken kemudian menemukan dunia baru yang mengasah kepribadian, karakter, serta kehormatannya sebagai seorang individu, yakni olahraga tinju dan kickboxing.
Dalam melatih kemampuannya, Holzken ditangani oleh Ramon Dekkers, Cor Hemmers, dan Sjef Weber.
Sjef Weber melatih teknik bertinju, sedangkan Ramon Dekkers dan Cor Hemmers melatih kickboxing.
Berbagai rentetan pengalaman dan prestasi dalam dunia kickboxing pun membuat Holzken optimistis bisa mengukir suatu hal membanggakan di ONE Championship.
"Menang dalam laga debut saya akan menjadi hal yang hebat. Saya akan menjadi juara dunia di ONE," ucap Holzken.
https://olahraga.kompas.com/read/2018/11/16/14400058/menanti-aksi-kickboxing-nieky-holzken-pada-one-championship