Pada pertandingan yang dilangsungkan di Lapangan 1 tersebut, Kevin/Marcus menang dengan skor 20-22, 22-20, 21-18.
Namun, pertandingan ini diwarnai dengan hujan protes dari pasangan Indonesia serta peringatan dari petugas lapangan kepada unggulan pertama tersebut.
Kericuhan bermula saat kedudukan 17-14. Kevin/Marcus merasa pukulan mereka menghasilkan poin dan membawa mereka unggul 18-14.
Namun, kepastian ini berlangsung cukup lama, bahkan, menurut Kevin, wasit justru memberi kesempatan challenge kepada pasangan Denmark tersebut.
"Saya heran. Kesempatan challenge itu kan diberikan apabila pemain yang dirugikan langsung mengajukan. Ini ada waktu berselang hingga beberapa menit, wasit kemudian memberikan kesempatan tersebut kepada pemain Denmark," kata Kevin.
Setelah terhenti sekian lama, pertandingan kemudian diteruskan dalam kedudukan 18-14 buat keunggulan pasangan Indonesia. Kekacauan ini tidak ayal menimbulkan emosi buat Kevin/Marcus.
Mereka kehilangan tiga poin dengan mudah sehingga hampir terkejar 18-17. Untunglah mereka kemudian mampu memperbaiki diri dengan menggunakan bola-bola datar kepada lawan mereka sehingga akhirnya menang 21-18.
Usai meraih kemenangan, Marcus/Kevin meluapkan emosi mereka dengan mengacungkan tinju kepada para penonton yang ikut terbawa emosi menyaksikan nasib para pemain dukungan mereka.
"Tentu saja saya terbawa emosi akibat kejadian itu, apalagi usai pertandingan ada kejadian yang tidak mengenakkan lagi. Seorang ofisial BWF berteriak bahwa kami tampil buruk dan layak diberi kartu hitam," kata Marcus lagi.
"Saya heran mengapa justru orang-orang yang bertugas semuanya non-Asia. Kesannya BWF ini kan rasis. Ini bukan kali pertama kami merasakan ini," ucap Marcus.
Pada babak semifinal, Sabtu (7/7/2018), Kevin/Marcus akan menghadapi pemenang perempat final lainnya antara unggulan tiga, Liu Cheng/Zhang Nan yang akan menghadapi ganda Indonesia lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
https://olahraga.kompas.com/read/2018/07/06/17455948/emosi-kevinmarcus-berlanjut-hingga-luar-lapangan