JAKARTA, KOMPAS.com - Teretetetttt teretetett... Begitu suara saat anak-anak menirukan letusan senjata saat bermain perang-perangan. Senjatanya pun hanya jari telunjuk dan ibu jari yang diarahkan ke rekan sepermainan.
Kenangan terhadap adegan perang-perangan tersebut menjadi latar belakang orang menggeluti olahraga airsoftgun.
"Hampir semua orang suka main tembak-tembakan," kata Panitia Pelaksana CQB (Close Quarter Battle) 3 on 3 Airsoft Indonesia TAFISA 2016, Arbi Susiolo, kepada JUARA, Jumat (7/10/2016).
Beda dengan masa kecil, olahraga airsoftgun harus menggunakan peralatan khusus saat bermain, seperti prajurit militer.
Selain unit (senjata) dan bearing ball (peluru), pemain juga harus mengenakan perlangkapan lainnya, di antaranya google safety, mask, dan helm.
"Saat bermain, kami bergerak seperti semi militer. Ada adrenalin tersendiri saat bertempur," tutur Arbi.
Arbi, yang juga anggota dari klub Spectre Jakarta, mengatakan bahwa untuk bermain airsoftgun sangat mudah karena gampang dipelajari.
"Kita bisa belajar dari Youtube atau permainan counter strike. Airsoftgun juga membutuhkan stamina yang bagus," tutur Arbi.
Selain mengenang permainan masa kecil melalui airsoftgan, olahraga yang tergolong rekreasi ini juga menjunjung nilai-nilai penting.
"Ini olahraga yang paling jujur," kata Kepala Pengurus Daerah Jawa Timur Federasi Airsoft Indonesia (FAI) Sonny Christianto.
Sonny, yang menggeluti airsoftgun sejak 2002 ini, mengatakan bahwa kejujuran sangat penting dalam olahraga ini karena ketika pemain ditembak, dia harus mengaku.
"BB (peluru) kan tidak meninggalkan noda di seragam. Jadi, dia harus bilang hit kalau kena tembak," tuturnya.
Jika tidak mengaku kena tembak, pemain tersebut akan terus ditembaki hingga mengaku.
"Orang yang tidak mengakui saat ditembak biasanya kami bully dengan sebutan superman atau zombie," ujar Sonny.
Penasaran dengan airsoftgun? Anda bisa menyaksikan 1st Indonesia CQB (Close Quarter Battle) 3 on 3 Airsoft Indonesia TAFISA 2016 di Ancol pada Sabtu (8/10/2016) hingga Minggu (9/10/2016).
CQB akan diikuti 32 tim dengan masing-masing tim beranggotakan 3 orang. Nantinya, setiap tim akan melawan tim lain.
"Pesertanya dari 27 pemda (Pemerintah Daerah) yang menjadi anggota FAI. Saat berperang, mereka dituntut memiliki strategi yang bagus untuk mengalahkan musuh," kata Ketua Teknis dan Pengurus Besar FAI, Ester.
Sementara CQB adalah pertempuran jarak dekat dengan durasi waktu selama 5 menit. Mereka akan bertempur di medan perang dengan obcstacle yang telah disediakan.