JAKARTA, Kompas.com - Atlet renang asal jawa Barat, Farrel Armandio Tangkas menempatkan diri sebagai calon penerus atlet nasional I Gde Siman Sudartawa.
Pada ajang 42nd SEA Age Group Swimming Championship 2018 di Manila, Filipina, Sabtu (7/7/2018), Farrel atau Dio mempertajam cacatan waktu di nomor 200 meter gaya punggung. Bertanding di Trace Collage, Los Banos, Farrel mencatat waktu tercepat 2 menit 02,31 detik, rekornas lama milik Siman Sudartawa tercipta di SEA Games 2011 Palembang dengan waktu 2 menit 02,44 detik.
Munculnya nama Farrel Armandio Tangkas mengagetkan mengingat nomor 200 meter gaya punggung telah bertahun diisi dengan pesaingan antara dua nama: I Gde Siman Sudartawa dan Ricky Anggawijaya. Di usia 17, siswa SMAN 3 Bandung telah mengubah peta persaingan setelah Siman Sudartawa kini berkonsentrasi untuk nomor 50 dan 100 meter gaya punggung.
Farrel atau Dio tidak berasal dari perkumpulan-perkumpulan renang besar tempat bergabung para atlet nasional. Ia justru lahir dari metode latihan ortodoks dari pelatih kawakan asal Bandung, William Tedja Adrisurya. Pelatih yang biasa disapa Koh Ayin ini mulai menangani Dio sejak masih usia sekitar 5-6 tahun.
"Saya menerima permintaan untuk melatih Dio, justru ketika saya sebenarnya sudah memutuskan pensiun," kata William atau Ayin yang memiliki perkumpulan ernang KRAKEN, Sabtu (07/07/2018). "Waktu itu yang minta Pak Herry dan bahkan ia menyediakan kolam pribadi miliknya di Batununggal."
Saat itu, Ayin hanya memberi syarat bahwa ia harus diberi kebebasan penuh untuk menentukan cara melatih anak dari Uberlin Tangkas, putera Kalimantan yang bermukim di Surabaya sebelum pidnah ke Yogya. Sekaligus ia memaparkan bahwa metode latihan yang akan ia terapkan mungkin akan dianggap ketinggalan jaman, karena lebih menekankan pada latihan strokes.
Yang menguntungkan, Dio kecil memiliki karakter pendiam, tekun dan selalu melahap porsi latihan yang diberikan. "Jadi meski latihan sendirian tanpa sparring, dia berusaha untuk memenuihi target latihan yang saya berikan," katanya.
Pada awalnya, Dio memilih spesialisasi gaya kupu-kupu. "Sampai pada tiga tahun lalu, saya menyadari ada kesempatn yang terbuka di nomor gaya punggung. Saat di kelompok umur III, saya menyadari bahwa pesaing di nomor punggung sedikit sekali, berbeda dengan gaya kupu-kupu atau pun bebas," kata Ayin lagi.
Untuk memperlancar proses pergantian gaya ini, Ayin tidak mengijinkan muridnya bertanding selama 3-6 bulan. "Saya menggembleng Dio dengan gaya yang baru yang menjadi pilihan, yaitu gaya punggung. Puji Tuhan, setelah bertanding pada nomor ini, dia langsung bisa menempatkan diri pada peringkat daerah hingga nasional," kata Ayin.
Tentu saja perpindahan gaya ini dibicarakan juga dengan orang tua Armandio. "Tentu saja mereka mempertanyakan, karena menurut mereka Dio sduah mulai mampu bersaing di gaya kupu-kupu. Tetapi saya katakan soal adanya peluang di nomor gaya punggung dan saya yakinkan juga Dio akan mampu bersaing pada fase paling tinggi di tingkat nasional," katanya.
Melalui nomor 200 meter gaya punggung inilah Dio memastikan dirinya sebagai salah satu kandidat atlet nasional yang lolos limit A untuk Youth Olympic Games 2018 yang akan berlangsung di Buenos Aires, Argentina 6-18 Oktober 2018. "Sebenarnya ketika mencatat waktu di bawah 2:05 awal tahun ini, Dio sudah memastkan diri lolos limit A YOG. Namun kita berusha mempertajam catatan waktu untuk memastikan diri lolos ke sana."
Merki harap-harap cemas untuk mendapat kepastian terplih sebagai wakil Indoensia di YOG, Ayin hanya meminta Dio untuk selalu menjaga kondisi fisik dan mental bertandingnya. "Saya juga berpikir dengan pola latihan yang tidak biasa, belum tentu Dio cocok bila bertemu dengan pola dan metode latihan yang berbeda. Saya sih berharap, Dio tetap berlatih dengan gaya yang tradisonal."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.