BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kemenkominfo

Pernah Kembali Menjadi "Bayi", Nengah Widiasih Kini Berkubang Prestasi

Kompas.com - 04/12/2017, 10:17 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Mata Ni Nengah Widiasih tampak menerawang ke atas. Dari bibirnya, cerita pengalaman hidup pernah kembali menjadi "bayi" meluncur. Perempuan kelahiran 12 Desember 1989 ini, sekarang,  tak menyangka bahwa keterbatasan fisiknya justru membawanya pada kenyataan lain.

Usia Widi, begitu sapaan karibnya, baru menapaki tahun ketujuh kala itu. Gadis asal Karangasem, Bali, tersebut tengah terkena demam. Lantaran itulah, kedua orangtuanya membawanya ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat.

Mendapat suntikan obat untuk mengatasi demam, Widi mengaku, "Bukannya sembuh, saya malah tambah sakit."

Tak cuma itu, Widi merasa kedua kakinya lemas. "Saya hanya bisa berbaring," katanya sebagaimana dikutip dari laman tribunnews.com.

Kesakitan itu kian bertambah lantaran Widi juga tak bisa duduk. "Saya tidak mampu duduk," tuturnya.

Lebih lanjut, Widi mengenang,"Setelah kondisi badan membaik, tetap saja, saya hanya bisa duduk. Saya cuma bisa merangkak,".

"Kalau membayangkan waktu itu, saya kembali seperti bayi karena hanya bisa merangkak," imbuh Widi.

Cerita beranjak ke Yogyakarta. Di Kota Gudeg, ia masuk ke Yayasan Kesehatan Kristen untuk Umum (Yakkum). Di lembaga itu ia mendapatkan perawatan. Dua tahun lamanya Widi mendapatkan perawatan di situ.

"Untuk berjalan, saya harus menggunakan alat bantu," tutur pemilik rambut panjang ini.

Pulang kembali ke Karangasem, Widi memilih tinggal di rumah saja. "Saya enggak mau sekolah. Kan sudah bertahun-tahun tinggal kelas," begitu ucap Widi soal alasannya memilih tinggal di rumah.

Melihat keadaan Widi, orangtua dan saudara pun tak tinggal diam. Dengan sedikit paksaan, Widi mau pindah ke Denpasar. Dia tinggal di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali.

Rupanya, keajaiban terjadi di situ. Pasalnya, bakat Widi di olahraga angkat berat mulai terlihat.

Iseng

"Iya awalnya saya iseng ikut kakak berlatih angkat berat," ujar Widi mengenang kali pertama jatuh cinta kepada olahraga angkat berat dari sang Kakak, I Gede Suantaka.

Asal tahu saja, sang Kakak memang atlet angkat berat.

"Iya kakak saya atlet," kata Widi.

Peran Suantaka memang boleh dibilang luar biasa. Waktu kali pertama menekuni olahraga itu, Suantaka juga yang melihat bahwa Widi justru sudah melakukan angkatan dengan benar.

Namun, jalan menuju kesuksesan sebagai atlet memang berundak. Soalnya, pada beberapa kejuaraan nasional, Widi malahan tak menorehkan prestasi apa-apa.

Buah manis prestasi dengan latihan bertahap mulai dari empat hingga lima kali per minggu sampai dengan berkali-kali dirasakannya pada 2008.

Pada kejuaraan untuk para atlet dengan ketidakmampuan dalam mobilitas (difabel) level negara-negara Asia Tenggara (ASEAN Para Games) di Nakhon Rachasima, Thailand, Widi meraih perunggu.

Sesudah perhelatan itu, berturut-turut pencapaian prestasi kian ditorehkannya. Pada ajang ASEAN Para Games berikutnya di Kuala Lumpur, giliran medali perak menggantung di lehernya.

Sementara itu, sebelum bertanding ke luar negeri, Widi langganan medali emas pada dua kejuaraan atlet difabel di Solo dan Bali. Konsisten, Widi berjuang di kelas 40 kilogram.

Di level Asia, nama Widi menjadi buah bibir. Pada pesta olahraga khusus para atlet difabel se-Asia (Asian Para Games) 2014 di Incheon, Korea Selatan, Widi menyabet medali perak untuk angkatan 93 kilogram. Pencapaian ini cuma selisih 5 kilogram dari atlet difabel China, Zhe Cui, yang meraih medali emas.

Atlet angkat berat Indonesia, Ni Nengah Widiasih, berpose setelah meraih medali perunggu pada ajang Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (9/9/2016).Dok. Kemenpora Atlet angkat berat Indonesia, Ni Nengah Widiasih, berpose setelah meraih medali perunggu pada ajang Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (9/9/2016).
Naik ke level Kejuaraan Dunia Angkat Berat di Dubai pada 2016, Widi meraih perunggu. Namun, jangan salah, bermodalkan medali itu, Widi berangkat ke Rio de Janeiro, Brasil, untuk pergelaran Paralimpiade 2016. "Saya dapat perunggu," ujarnya.

Meski begitu, raihan Widi adalah satu-satunya pencapaian Indonesia di tingkat dunia. Itulah yang kian mengharumkan nama Widi dan Indonesia tentunya. "Ayah sampai menangis melihat saya bermain di luar negeri. Kakak merekam pertandingan saya dari YouTube. Kini ayah sangat bangga,” ujarnya.

Paling mutakhir, raihan terbaik yang membuat Widi seakan berkubang prestasi diperoleh saat ia bertanding dalam ASEAN Para Games 2017. Tuan rumah acara itu adalah Malaysia.

Tampil dengan kemampuan mengangkat beban 96 kilogram atau 19 kilogram lebih berat dari pencapaian sebelumnya, Widi menyabet dua emas. Kemenangan itu kian komplet lantaran dengan penuh kebanggaan Indonesia dinobatkan sebagai juara umum ASEAN Para Games 2017 dengan total raihan 126 medali emas, 75 perak, dan 50 perunggu.

Kini, Widi tengah mempersiapkan diri untuk Asian Para Games, Jakarta 2018. Keseriusan menjadi salah satu modal besarnya. Soalnya, pada kejuaraan itu, Indonesia menjadi tuan rumah.

"Pesan saya, jangan pernah menyerah. Lakukan apa yang bisa dilakukan, kerjakan apa yang bisa dikerjakan. Berusaha untuk menjadi yang lebih baik dan yang terbaik terutama untuk diri sendiri dulu, mandiri untuk diri sendiri," ucap Widi.

"Semangat, jangan putus asa, untuk teman-teman yang senasib dengan saya, teman-teman yang difabel, jangan pernah jadi korban dari keadaan tetapi jadilah pemenang dari keadaan itu sendiri. Semangat!" tambahnya.


Terkini Lainnya

Piala Asia U23 2024: STY Tak Terbebani Olimpiade, Mau Cetak Sejarah

Piala Asia U23 2024: STY Tak Terbebani Olimpiade, Mau Cetak Sejarah

Timnas Indonesia
Hasil MotoGP Spanyol 2024: Bagnaia Hattrick Menang di Jerez, Marquez Kedua

Hasil MotoGP Spanyol 2024: Bagnaia Hattrick Menang di Jerez, Marquez Kedua

Motogp
Prediksi Susunan Pemain Timnas U23 Indonesia Vs Uzbekistan, Tanpa Struick

Prediksi Susunan Pemain Timnas U23 Indonesia Vs Uzbekistan, Tanpa Struick

Timnas Indonesia
Hasil Inter Vs Torino: Diwarnai Kartu Merah, Calhanoglu Bawa Nerazzurri Menang

Hasil Inter Vs Torino: Diwarnai Kartu Merah, Calhanoglu Bawa Nerazzurri Menang

Liga Italia
Pemain Uzbekistan: Indonesia Tim Kuat, Jalan Laga Akan Ketat

Pemain Uzbekistan: Indonesia Tim Kuat, Jalan Laga Akan Ketat

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Uzbekistan, Tekad Witan dan Pelajaran Piala AFF 2022

Indonesia Vs Uzbekistan, Tekad Witan dan Pelajaran Piala AFF 2022

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024: Jurus STY Atasi Statistik 'Gila' Uzbekistan

Piala Asia U23 2024: Jurus STY Atasi Statistik "Gila" Uzbekistan

Timnas Indonesia
Hasil Persebaya Vs Persik 2-1, Bajul Ijo Raih Poin Penuh Lewat Gol Dramatis

Hasil Persebaya Vs Persik 2-1, Bajul Ijo Raih Poin Penuh Lewat Gol Dramatis

Liga Indonesia
Kata Bambang Nurdiansyah Soal Pencapaian Timnas U23, Perlu Berwaspada

Kata Bambang Nurdiansyah Soal Pencapaian Timnas U23, Perlu Berwaspada

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024: STY Amati Uzbekistan, Yakin Indonesia Bisa Beri Pembuktian

Piala Asia U23 2024: STY Amati Uzbekistan, Yakin Indonesia Bisa Beri Pembuktian

Timnas Indonesia
Penjelasan MNC Group soal Nonton Bareng Timnas U23 Indonesia di Piala Asia

Penjelasan MNC Group soal Nonton Bareng Timnas U23 Indonesia di Piala Asia

Timnas Indonesia
3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Timnas Indonesia
Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Timnas Indonesia
Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Badminton
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com